Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Peringatan Nuzulul Quran di Indonesia Berbeda dengan di Arab dan Timur Tengah?

17 April 2022   08:49 Diperbarui: 17 April 2022   09:22 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Pemuda Membaca Al-Quran. Foto: Pribadi

Negara-negara Arab dan Timur Tengah memperingati malam Nuzulul Quran setiap malam 27 Ramadhan, tetapi di Indonesia justru pada malam 17 Ramadhan. Mengapa demikian?

Peringatan malam Nuzulul Quran di negara-negara Arab dan Timur Tengah didasarkan pada waktu turunnya Al-Quran dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah yakni pada malam 27 Ramadhan.

Lalu mengapa peringatan Nuzulul Quran di Indonesia justru pada malam 17 Ramadhan? Jawaban atas pertanyaan ini terkait dengan sejarah peringatan Nuzulul Quran di Indonesia.

Usulan peringatan Nuzulul Quran di Indonesia berasal dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pertama yaitu Buya Hamka. Beliau yang mengusulkan kepada Presiden Sukarno agar peringatan Nuzulul Quran di Indonesia diadakan pada malam 17 Ramadhan. Hal ini terkait dengan satu peristiwa penting di Indonesia yaitu Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Lalu apakah peringatan Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan bertentangan dengan sejarah turunnya Al-Quran? Ternyata masih selaras, yakni malam 17 Ramadhan merupakan waktu turunnya ayat 1-5 surah al-Alaq kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam di Gua Hira.

Kemudian, apakah kesamaan tanggal Masehi dan Hijriyah pada momen Proklamasi Kemerdekaan adalah sebuah kebetulan? Jika kita membaca ulang sejarah Proklamasi Kemerdekaan maka kita dapat mengetahui bahwa andaikan kehendak para pemuda dalam Peristiwa Rengasdengklok langsung disetujui oleh golongan tua, maka Proklamasi Kemerdekaan akan jatuh pada 16 Agustus 1945. Begitupun andaikan kehendak golongan tua untuk bersidang melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) maka Proklamasi Kemerdekaan paling cepat pada 18 Agustus 1945.

Lalu mengapa 17 Agustus 1945 yang tercatat dalam sejarah? Ini merupakan hasil kesepakatan golongan tua dengan golongan muda di Rengasdengklok bahwa Proklamasi Kemerdekaan selambat-lambatnya akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945. Jadi, kesesuaian 17 Ramadhan dengan 17 Agustus bukanlah hal yang kebetulan, tetapi melalui sebuah proses sejarah dan kesepakatan. Tentu saja di atas segalanya adalah skenario dan ketetapan dari Yang Maha Kuasa, Allah Azza wa Jalla.

Dengan demikian, peringatan Nuzulul Quran pada malam 17 Ramadhan merupakan bentuk akulturasi tradisi keagamaan dari luar negeri dengan sejarah bangsa Indonesia. Ini kembali menjadi fakta sejarah bahwa akulturasi merupakan kecerdasan bangsa Indonesia yang masih terus dirawat dan dilestarikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun