Mohon tunggu...
Agus TirtoPamungkas
Agus TirtoPamungkas Mohon Tunggu... Teknisi - Teknisi

Teknisi HVAC

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dewi Sartika Pionir Pendidikan untuk Perempuan di Indonesia

30 Juni 2024   03:53 Diperbarui: 30 Juni 2024   07:34 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewi Sartika adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah pendidikan Indonesia, khususnya dalam pendidikan bagi perempuan. Lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Bandung, Jawa Barat, Dewi Sartika dikenal sebagai seorang pelopor yang berdedikasi untuk memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi kaum perempuan pada masa penjajahan Belanda.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Dewi Sartika lahir dari keluarga bangsawan Sunda yang peduli dengan pendidikan. Ayahnya, Raden Rangga Somanegara, adalah seorang patih di Bandung yang mendukung pendidikan anak-anaknya, termasuk Dewi Sartika. Ibunya, Raden Ayu Rajapermas, juga berperan penting dalam pendidikan Dewi Sartika dengan memberikan pendidikan dasar di rumah.

Perjuangan Mendirikan Sekolah

Pada tahun 1904, di usia 20 tahun, Dewi Sartika mendirikan sekolah yang dinamai "Sakola Istri" di Bandung. Sekolah ini didirikan di belakang Pendopo Kabupaten Bandung, dan menjadi sekolah pertama yang khusus mendidik perempuan di Indonesia. Pada saat itu, pendidikan bagi perempuan sangat terbatas dan dianggap tidak begitu penting. Namun, Dewi Sartika melihat pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan.

"Sakola Istri" menawarkan berbagai mata pelajaran seperti membaca, menulis, berhitung, serta keterampilan rumah tangga seperti menjahit dan memasak. Dewi Sartika memahami bahwa pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang mempersiapkan perempuan untuk menghadapi berbagai peran dalam kehidupan sehari-hari.


Perkembangan dan Pengaruh

Seiring berjalannya waktu, "Sakola Istri" berkembang pesat dan mendapat dukungan dari masyarakat serta pemerintah kolonial. Pada tahun 1910, sekolah ini berganti nama menjadi "Sekolah Keutamaan Istri" dan menjadi model bagi pendirian sekolah-sekolah perempuan di berbagai daerah di Indonesia.

Dewi Sartika terus mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif. Beliau juga aktif berkomunikasi dengan tokoh-tokoh pendidikan lainnya untuk memperluas jaringan dan memperkuat posisi pendidikan perempuan di Indonesia.

Warisan dan Penghargaan

Dedikasi Dewi Sartika dalam memperjuangkan pendidikan perempuan tidak hanya memberikan dampak besar pada zamannya, tetapi juga meninggalkan warisan yang berharga bagi generasi berikutnya. Pada tahun 1966, Dewi Sartika diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah Republik Indonesia, sebagai pengakuan atas jasanya dalam memajukan pendidikan dan emansipasi perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun