Pandemi COVID-19 membuat perubahan yang sangat signifikan terhadap dunia dengan bermacam tantangan yang tidak pernah muncul di kehidupan manusia. Percepatan jumlah grafik kasus kenaikan COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan (China) pada 30 Desember 2019, dimana Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan "urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause". COVID-19 menyebar dengan cepat hingga lintas negara. Dikutip dari situs resmi covid19.go.id. Dampak wabah virus corona membuat semua jenis kegiatan harus terganggu.Â
Banyak proses aktivitas masyarakat yang dahulu dilakukan secara langsung (offline) saat ini harus dilakukan secara tidak langsung (online). Begitupula kegiatan belajar mengajar di lingkungan perguruan tinggi khususnya kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa Universitas Jember periode 2021 (KKNUNEJBTVIII) yang dahulu dilakukan secara offline saat ini juga harus dilaksanakan dengan cara online demi mengikuti instruksi pemerintah untuk menjaga jarak (sosial distancing) demi mengurangi penyebaran wabah virus corona dilingkungan masyarakat.
Program Kuliah Kerja Nyata Universitas Jember Back To Village 3 merupakan progam yang terkonsep dengan pelaksanaan selama 30 Hari dimulai pada tanggal 11 Agustus 2021 sampai penarikan pada tanggal 9 sepetember 2021 dengan lokasi yang menjadi sasaran kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yakni lingkungan desa Petung, kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember.Â
Desa Petung merupakan salah satu desa di Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember dengan luas 768,51 km2 dan 10.282 jiwa penduduk yang terbagi pada beberapa wilayah yaitu lingkungan Dusun Krajan, Dusun Sira'an, Dusun Glagasan, dan Dusun Paguan. Beberapa masyarakat desa Petung merupakan pelaku usaha yang bergerak dalam bidang wirausaha baik itu level korporat maupun usaha kecil (UMKM). Baik itu yang bergerak pada bidang perdagangan, komoditas maupun usaha kreatif.
Potensi yang menjadi sasaran KKN Back To Village 3 yakni Pengolahan Produk Tempe Pak Ripen, Sebelum masa pandemi covid-19 pak ripen selaku pelaku usaha memproduksi Olahan Tempe mentah maximal 30kg/hari namun, dengan berbagai macam kebijakan pemerintah terkait Pemberlakuan Pembatasan Kesehatan Masyarakat mengalami penurunan produksi menjadi 10kg/hari.
 Tentunya, permasalahan yang muncul seperti ini berdampak pada pendapatan penjualan. Maka dari itu, saya merancang program kerja sebagai bentuk solusi dari permasalahan yang ada pada pengolah produk tempe melalui inovasi produk yaitu memproduksi dan mendistribusi nugget tempe sebagai tambahan pendapatan ekonomi dan pembuatan brand produk sehingga output yang di harapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan penjualan usaha pengolahan tempe sehingga mampu bersaing dengan pelaku usaha yang serupa dan diterima pangsa pasar.
Sehingga untuk beberapa waktu kedepan akan dilaksanakan program kerja yang dapat digambarkan melalui roadmap pada lampiran berita desa dibawah ini yaitu Minggu pertama adalah Observasi dan pemetaan masalah UMKM untuk melihat bagaimana kondisi serta kendala yang dirasakan UMKM sehingga nantinya dapat dibuat program perencanaan untuk menanggulangi masalah tersebut. Kemudian pada minggu kedua adalah Branding Product serta inovasi Product yaitu dengan Melakukan Sosialisasi, pelatihan serta pendampingan tentang branding product serta inovasi product melalui gmeet, zoom, atau offline.
Pada minggu ke tiga yaitu Mengemplementasikan Program Kerja dengan melakukan produksi, distribusi, pendampingan serta pelatihan hasil Inovasi Tempe yaitu nugget tempe kepada masyarakat. Pada minggu ke terakhir atau minggu ke empat Evaluasi dan Laporan Akhir yaitu Melakukan pelatihan, pendampingan serta Evaluasi Program Kerja selama kegiatan dengan menganalisis kendala solusinya dan melakukan Laporan akhir selama kegiatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H