Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Penyair Mawar

30 April 2015   00:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1.

Penyair lahir dari kuncup mawar

Memercik semburat warna

Redup saat mekar kelopaknya

2.

Penyair lahir dari duri mawar

Perih membakar dada

Nyeri menyala kata

3.

Penyair lahir dari daun mawar

Tekun memasak kata menghijau

Kering gugur sebelum mekar kelopak

4.

Penyair lahir dari tangkai mawar

Tegar dalam tiupan badai angin ngilu

Teguh di antara batang pohon angkuh

5.

Penyair lahir dari aroma mawar

Semerbak pentas semarak suasana

Sebentar hampa diterpa rupa-rupa udara

*******

Kebun Karya - Balikpapan, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun