Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Opor Rakyat

31 Juli 2014   04:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:49 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suasana kampanye Pilpres 2014 masih saya rasakan pada Idul Fitri 1 Syawal 1435 H atau 28 Juli, kendati coblosan (9 Juli) dan pengumuman dari KPU (22 Juli) sudah berlalu. Tim Prabowo-Hatta (capres-cawapres nomor 1) masih menunggu hasil gugatan mereka di Mahkamah Konstitusi.

Kampanye apa lagikah sampai-sampai judul tulisan saya adalah “Opor Rakyat”? Memang sengaja saya membuat judulnya begitu sesuai dengan situasi dan perasaan. Ide judulnya sengaja saya plesetkan dari tabloid kampanye hitam “Obor Rakyat” yang terkenal sebagai ‘media penyebar dusta-fitnah-hasut’ yang paling bar-bar untuk ‘merusak’ nama Jokowi (capres nomor 2), dan khusus menyusup ke kalangan penimba agama.

Pasca pengumuman KPU dan pada suasana lebaran kali ini ternyata belum ada seorang pun dari Prabowo atau Jokowi yang mengucapkan “Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1435 H” dan seterusnya. Tidak sedikit kalangan yang mengharapkan terjadinya rekonsiliasi nasional pada kedua capres 2014 itu. Padahal, dari media internet, saya sudah membaca berita bahwa Jokowi mendapat ucapan selamat hari raya dari Presiden Amerika Barack Obama. Lho, apa urusan saya soal itu?

Bukan sok mau ngurusi negara, justru ini urusan tradisi Idul Fitri dalam lingkungan keluarga kami di Sungailiat, Bangka. Ini mengenai opor ayam, dan saya sekeluarga adalah rakyat kecil. Opor yang pertama kali saya makan, seingat saya, adalah ketika Idul Fitri.

Ingatan ini dikarenakan bahwa pada saat membuat tulisan “Opor Rakyat” saya sedang berada di Kupang, NTT, yang berpenduduk mayoritas adalah Kristiani. Satu-satunya kawan yang mengadakan “open house” adalah Ragil Sukriwul. Tapi, menunya ayam sayur dan ketupat. Saya tidak menemukan opor ayam dan lontong.

Opor ayam yang pertama kali saya makan adalah pemberian keluarga kakak angkat saya, Mas Soenjaka alias Mas Sun. Mas Sun ini adalah anaknya kawan ayah saya, yang berasal dari Magetan, Jawa Timur. Dia ikut keluarga kami selama 8 tahun alias sejak masih duduk di bangku Sekolah Teknik Menengah (STM, atau kini SMK), jurusan listrik.

Mas Sun seorang muslim. Istrinya bernama Mbak Sorgawati alias Mbak Sorga, berasal dari Belinyu (Bangka Utara) dan bekerja di Rumah Sakit Stania (dulu R.S. Unit Penambangan Timah Bangka). Keduanya menikah ketika saya masih kelas II Sekolah Dasar. Anaknya sepasang, Katon Cahyono dan Sabrina.

Setiap hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, Mas Sun selalu mengirimkan satu rantang opor ayam beserta lontong untuk orangtua saya (orangtua dan saya sekeluarga adalah non-muslim). Menu tersebut berbeda dengan mayoritas tetangga saya di kampung Sri Pemandang Pucuk, dan kakak angkat saya satunya lagi, Bang Kosod (orang Kebumen yang pernah tinggal di rumah orangtua saya, dan disekolahkan hingga tamat STM). Kebanyakan menu mereka adalah rendang dan ketupat.

Seingat saya lagi, selama beberapa kali berhari raya di Sungailiat, saya selalu menikmati sajian opor ayam dan lontong bikinan Mas Sun sekeluarga yang memang setia dengan sajian khas hari raya mereka. Maka, ketika Idul Fitri pasca Pilpres 2014 saya berada di Kupang, mendadak saya kangen makan opor ayam dan lontong bikinan keluarga Mas Sun. Ya, bagaimanapun, opor rakyat memang selalu ngangeni (bikin kangen) daripada Obor Rakyat.

*******

Sabana Karang, 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun