Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Musikalisasi Hujan di Ujung 2013

31 Desember 2013   23:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya belum mandi. Kopi baru saja dibuat. Matahari masih tidur dalam musikalisasi hujan yang diwariskan malam. Pagi sudah melepas bajunya. Tengah hari siap menghadap. 2013 di penghujung masa. Pekerja bangunan (kami sedang membangun perpustakaan dan ruang kerja pribadi di belakang rumah) tidak datang; pasti alasannya hujan.

Sebenarnya pagi ini saya harus menghadap seorang project manager di sebuah proyek (proyek mal dan apartemen) dekat rumah. Kemarin saya dihubungi, mereka membutuhkan seorang arsitek senior. Mereka hanya minta CV (Curriculum Vitae) dan akan mewawancarai saya. Tetapi saya tidak terlalu antusias, mengingat proyek tersebut, beritanya, bakal menimbulkan bencana karena berada pada lokasi yang memiliki daya dukung tanah yang tidak bagus dan pernah menjadi sengketa kepentingan antara Provinsi dan Kotamadya.

Sebelumnya, ada dua kawan yang meminta CV saya. Seorang dari sebuah perusahaan pengembang (developer) dalam sebuah proyek apartemen di daerah DOME Balikpapan. Seorang lagi ‘hanya’ penghubung untuk proyek bandara Sepinggan, Balikpapan. Keduanya belum saya tanggapi secara positif.

Dan, ada satu proyek lagi, me-review rancangan gedung milik sebuah BUMN, yang dipesan oleh seorang ketua arsitek. Tapi rancangan masih harus dibenahi. Saya diminta untuk menunggu rancangan awal yang sudah siap di-review.

Setelah membenahi CV, saya malah tertarik menuliskan ini; sebuah kilas balik 2013, seputar dunia kerja saya. Saya sangat mengingat dua perusahaan yang pernah mempekerjakan saya, yang tidak membayar hak-hak saya (obrolan dan tugas tidak sesuai) sehingga saya tidak berniat meneruskan kolaborasi.

Saya bukanlah berasal dari keluarga kaya raya, dan tidak pernah bercita-cita menjadi orang kaya. Saya bekerja sebagai upaya mendayagunakan kemampuan dan ijazah terakhir saya. uang bukanlah tujuan hidup saya. Namun, dua perusahaan yang ‘menguras’ waktu, tenaga dan pikiran saya itu, sudah cukuplah. Sekian tahun saya tidak dibayar sesuai kapasitas saya. Kalau saya hitung, sekitar Rp. 4 juta per bulan harus saya lepaskan untuk ‘menghidupi’ kesombongan para elit perusahaan.

Dalam obrolan, mereka meminta saya menjadi drafter alias tukang gambar (ini jelas sudah menurunkan kapasitas saya sebagai seorang mantan project manager!) tetapi pada faktanya tugas-tanggung jawab saya adalah seorang engineer. Jabatan seorang engineer jelaslah memiliki tanggung jawab dan fasilitas yang berbeda dibanding seorang drafter. Hebatnya, pekerjaan saya merangkap (drafter sekaligus engineer) dengan kompensasi sebatas drafter!

Pada awal bekerja di Balikpapan pun saya sudah tidak mendapatkan hak saya, yaitu asuransi keselamatan kerja (jamsostek) maupun tunjangan hari raya, padahal saya sudah bekerja lebih enam bulan ketika itu. Ini yang saya sebut tadi, untuk ‘menghidupi’ kesombongan para elit perusahaan. saya berani bilang begitu karena saya sudah bisa merasakan aura sebagian orang ‘kaya’ di Balikpapan.

Sudahlah. Saya tidak mau lagi berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan semacam itu. Maka saya memilih independen alias mandiri. Saya tidak mau menghidupi kesombongan siapa-siapa. Saya hanya mau mendayagunakan kemampuan dan ijazah terakhir saya. Meski tidak lagi mendapat profit yang tetap dengan jumlah ‘lumayan’, saya merasa ada kepuasan tersendiri bagi saya sebagai seorang arsitek.

Begitu juga dengan CV yang sedang saya benahi tetapi saya justru menuliskan ini dengan iringan musikalisasi hujan. Saya tidak mau ‘terjebak’ oleh gaya mentereng orang-orang, yang sejatinya lebih kejam daripada drakula atau vampire. Saya manusia, bukan kerbau ataupun robot. Kapasitas saya tidaklah untuk memperkaya diri saya maupun orang lain, melainkan untuk berkarya. Dan, itu yang selalu saya terapkan, kendati belum juga optimal.

*******

Balikpapan, 31 Desember 2013

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun