Salah satu hal yang biasa dalam tampilan pada beranda sebuah akun Fesbuk (FB) berbahasa Indonesia adalah komentar. Komentar merupakan tanggapan atas sebuah status “Apa yang Anda Pikirkan” atau catatan. Satu komentar bisa dikomentari lagi, dan bisa bersahutan menjadi lebih dari seratus komentar.
Memang tidak semua status akan mendapat komentar, baik dikomentari oleh pemilik akun sendiri maupun oleh pertemanan yang terdaftar. Tidak pernah ada kejelasan, mengapa tidak ada komentar atau mengapa wajib dikomentari. Yang paling jelas, status tetaplah status, meskipun sama sekali tanpa komentar.
Akan tetapi, tidak jarang komentar yang tampil tidaklah sesuai dengan keinginan pemilik status. Itu biasa. Tidak ada pula kewajiban untuk berkomentar sesuai dengan keinginan pemilik status. Justru yang harus menjadi perhatian pemilik status adalah kesiapan terhadap komentar-komentar yang tidak sesuai dengan keinginannya. Itu pun merupakan sebuah konsekuensi logis yang wajib diterima oleh pemilik status.
Bagaimana kalau statusnya dikomentari dengan kata-kata atau gambar yang negatif-kontra, melecehkan, dan lain-lain?
Barangkali ada beberapa ‘kemungkinan’ yang terjadi. Pertama, komentar negatif akan dibalas dengan komentar biasa-biasa saja, baik oleh pemilik akun maupun oleh teman lainnya.
Kedua, komentar negatif akan dibalas dengan komentar negatif juga, baik oleh pemilik akun maupun oleh teman lainnya.
Dari kemungkinan pertama dan kedua itu, komentar atas komentar akan berlanjut ketika si pengomentar negatif masih menuliskan komentar negatifnya. Seringkali komentar bisa keluar dari kalimat yang tertera pada status.
Ada kalanya komentar yang biasa-biasa saja justru ditanggapi negatif, baik oleh sang pemilik akun maupun oleh teman lainnya. Dan apa pun bisa terjadi, terserah apa pun yang sedang dialami oleh siapa.
Ketiga, komentar akan dihapus oleh pemilik akun. Sang pemilik akun memang berhak sepenuhnya atas status dan ‘lapak’-nya. Namun menghapus komentar orang (bukan lantaran komentar ganda berurutan akibat masalah koneksi internet) sama artinya dengan menganggap komentar itu tidak pernah ada bahkan bisa disamakan dengan menghapus keberadaan si pengomentar.
Keempat, si pengomentar negatif akan dihapus bahkan dilenyapkan (diblokir) dari pertemanan dengan sang pemilik akun. Kejadian semacam ini pun biasa bahkan tidak sedikit terjadi.
Persoalan yang paling mendasar dalam pergaulan maya melalui media jejaring sosial bernama FB adalah mentalitas (emosional/temperamental) penggunanya, bukan hanya sang pemilik akun atau si pengomentar. Mentalitas tidaklah diakibatkan oleh situasi di luar dirinya, melainkan justru dari dalam dirinya.
Barangkali saran yang bisa dipertimbangkan adalah, pertama, kalau tidak siap menghadapi komentar negatif, sebaiknya tidak perlu menulis status atau berkomentar; kedua, kalau tidak siap bergaul dalam media jejaring sosial, sebaiknya tidak perlu meneruskan atau menghidupkan akun FB. Sederhananya begitu.
*******
Panggung Renung, 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H