Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kritik Arsitektur

12 Oktober 2015   08:54 Diperbarui: 12 Oktober 2015   08:54 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut pandangan kebanyakan orang, yang terpenting pada sebuah bangunan adalah fungsi utamanya : tempat melakukan kegiatan. Syarat-syarat utamanya : 1) tidak kehujanan atau kepanasan; 2) terlindung dari makhluk di luar bangunan seperti binatang buas, manusia buas, dll., yang cenderung mengganggu; 3) tidak menjadi tontonan orang dari luar; 4) dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna atau pemilik.  

 

Tentu saja pandangan tersebut tidaklah keliru, dan tidak patut dikelirukan. Nenek moyang, kakek-nenek, dan orangtua dulu membangun sebuah bangunan, entah rumah atau suatu tempat usaha, di lahan milik sendiri, tidaklah memusingkan siapa kelak arsiteknya, dan apa nanti kata orang. Yang penting, bangunan tidak bermasalah (berpengaruh buruk) bagi orang-orang atau lingkungan di sekitarnya, misalnya buangan limbah (air kotor cair dan padat) tidak berada di lahan orang lain.

 

Hal-hal di atas merupakan sebuah pandangan atau prinsip membangun yang sederhana. Bisa leluasa berkegiatan, terlindung, tidak bermasalah bagi sekitarnya, bahkan biaya ditanggung sendiri. Oleh sebab itu, kebanyakan orang membangun bangunannya tidaklah memerlukan kemampuan seorang arsitek (benar-benar arsitek secara formal melalui pendidikan formal).

 

Tetapi bagaimana menurut pengajar Arsitektur, mahasiswa Arsitektur, dan seorang arsitek, mulai dari tata perilaku para calon penggunanya, kebutuhan-program dan tata ruang dalam-luar, tata bidang, tata bukaan, tata pencahayaan dan penghawaan, tata utilitas, tata akustik, tata tampilan, tata vegetasi, pemanfaatan kelebihan-kekurangan lingkungan, bahan bangunan, pola sirkulari, dan lain-lain bahkan sampai pada filosofi bangunan?

 

Kebanyakan orang tidaklah peduli pada apa yang kemudian dibahas oleh kalangan berpendidikan Arsitektur mengenai bangunan mereka. Toh, yang menggunakan (menempati) adalah mereka, bukannya kalangan berpendidikan Arsitektur. Toh, yang merasakan aman-nyaman berkegiatan di dalamnya adalah mereka. Toh, yang membiayai pembangunannya adalah mereka.  

 

Terkadang, sebagian kecil dari kebanyakan orang itu meminta pendapat (pandangan) dari kalangan berpendidikan Arsitektur, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip Arsitektur. Sayangnya, bangunan sudah jadi, barulah meminta pendapat. Atau, ada kalanya, mereka sengaja meminta pendapat seorang arsitek hanyalah untuk menunjukkan bahwa tanpa seorang arsitek pun bangunan bisa terbangun dan kelihatan mentereng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun