Hari Minggu hendak beranjak meninggalkan pagi. Warung bubur kacang hijau itu mulai lengang ketika beberapa pembeli yang berpakaian sport usai menikmati sajian pemulih tenaga. Jujuk sedang sibuk mengangkuti beberapa mangkuk dan gelas kotor.
“Juk, entar siang mancing, ya?” ajak Demun yang tiba-tiba datang.
“Ya, nanti, kita lihat aja.”
“Aku lagi pusing. Kemarin aku nyari duit ke kampung untuk biaya operasi anakku, si Syila, nggak cukup.”
“Butuh ongkosnaseberaha?”
“Tilu lima juta, Juk.”
35 juta? Kepala Jujuk sedikit tersentak. Ia membayangkan pekerjaan Demun yang hanya petugas cleaning service sebuah kampus dan istrinya yang berjualan tahu-tempe goreng kecil-kecilan. Mana nyukup atuh, pikirnya.
***
“Juk, minta es tehnya, Juk.”
“Wah, dari mana, Ji, pakai hitam-hitam, pagi-pagi pesan es teh?”
“Pulang melayat, Juk. Bapaknya kawanku semalam meninggal akibat sakit kencing manis. Jam 2 siang kelak baru akan dimakamkan. Sebentar lagi aku mau balik ke sana.”