Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Apa Kabar?

1 April 2015   01:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa api

Kabar kabur

Luka bakar disiram hujan cuka musim tanam bibit bunga-bunga. Bibit pohon buah dikeroyok bekicot dan ulat jengkal. Laba-laba melewati jaring menyengat luka bakar. Luka bakar meradang. Wiji Tukul meraung. Rendra merajah. Tardji merapal. Sapardi merayu. Malna meraba. Jokpin meramai. Mario meramu. Luka bakar merajalela.

Apa kabur

Kabar api

Awan hitam membekap langit sepenuh waktu. Gelap membekuk mata. Udara mati. Suara mati. Dalam kepala hanya luka bakar berdenyut nyeri membara. Sepertinya bengkak semakin membesar karena racun laba-laba. Sepertinya kepala mendekati titik didih.

Di mana bibit bunga-bunga. Bibit pohon buah mati. Bekicot dimakan laba-laba. Ulat jengkal menjadi kupu. Wiji Tukul Rendra Tardji Sapardi Malna Jokpin Mario menjadi buku tapi di mana makna. Kepala menjadi gunung berapi penuh magma. Hujan cuka menjadi-jadi. Luka bakar berasap. Bumi seperti hendak meledak. Betapa. Gelap tapi menggelegak.

Api kabur

Kabar apa

Seekor burung berkicau lirih pada gelap bergelegak pada musim bertanam luka. Apa kabar? Bakar apa? Barak apa? Oleh bilur-bilur-Nya, luka pasti sembuh. Dan air di lambung-Nya menyebabkan api kabur. Tengoklah kubur-Nya sebab biji harus mati sebelum tumbuh menjadi tunas. Dapatkan kabar-Nya saja sebab kabar-kabar adalah api berkobar-kobar.

*******

Panggung Renung, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun