Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjamuan Besar di Rumah Duka

3 Maret 2020   15:45 Diperbarui: 3 Maret 2020   15:42 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Paradoksnya, ketika kematian merupakan suatu gerbang keabadian yang diyakini "masuk surga", mengapa sebagian orang malah berduka seolah-olah orang yang mati justru "masuk neraka". Kalau yakin bahwa "mati pasti masuk surga", mengapa sebagian orang hidup dan beriman justru menentang "perjamuan besar" di rumah duka?

Saya sendiri sempat bingung pada situasi paradoks semacam itu, apalagi sebagian orang beragama segera menyuguhkan dalil-dalilnya. Duka dan suka dalam satu waktu bernama kematian, tetapi perjamuan besar alias makan-makan hanya dihakimi secara sempit bin picik sebagai ungkapan bersuka-suka.

Apakah sebenarnya mereka tidak bersuka jika orang yang meninggal itu memang "masuk surga"? Atau, bagaimana?

Daripada merepotkan diri dengan memikirkan keimanan orang lain yang jelas paradoks, lebih baik saya memikirkan hal-hal yang sewajarnya saja, termasuk membiarkan istri saya menyibukkan diri dengan melayani kawan karibnya. Kalau memang di rumah duka juga tersiapkan perjamuan besar alias makan-makan sampai sekian hari, biarkan sajalah. Toh keluarga di rumah duka tidak pernah menangisi perjamuan besar dengan perhitungan biaya seberapa pun dalam satu waktu itu.

*******
Beranda Khayal, 3-3-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun