Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

30 September

29 September 2019   22:59 Diperbarui: 30 September 2019   06:12 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

30 September adalah akhir dari masa tugas Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2014-2019. Beberapa sidang paripurna telah dilakukan, dan produk-produknya telah dikeluarkan. Kontroversial pun dihasilkannya, lengkap dengan beragam gerakan massa beserta tumpahan darah di sebagian wilayah Nusantara.

30 September adalah sebuah gerakan "pengkhianatan" yang gagal terhadap ideologi negara pada 1965. Rapat-rapat dewan jenderal berujung kudeta yang berlumuran darah, dan sebagian penggeraknya mendapat hukuman maksimal. Kotroversial pun muncul ke permukaan sejak Reformasi 1998 hingga entah kapan nanti.

30 September, mungkin, merupakan sebuah tanggal yang tidak luput dari aneka kontroversi dalam sejarah perjalanan bangsa hingga hari ini. Ideologi "Pancasila" yang sudah final pada 1945 pun masih menjadi sebuah pertaruhan dan pertarungan sekian kelompok massa, terkhusus pada pengusung "khilafah" di beberapa daerah saja, dalam usia Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kini 74 tahun.

30 September pun, mungkin, sebuah realitas anomalis bagi sebuah bangsa-negara yang berusia 74 tahun, tetapi masih saja menggeliatnya segelintir elite oligarkis-udelogis*, dan gerakan anti-ideologi mapan yang cenderung mengorbankan kepentingan bangsa yang berisi lebih 250 juta jiwa, dan mengancam kesatuan-persatuan bangsa.

30 September memang hanya sebuah angka dalam masa satu tahun kalender. Jejak-jejak perjalanan bersama bisa menjadi tonggak-tonggak sejarah yang ideologis atau justru selalu dinafikkan oleh kalangan lainnya yang berkepentingan parsial sekaligus udelogis.

*******
Kupang, 29 September 2019

*) Udelogis adalah sebuah logika yang berpusat pada kepentingan udel (pusar) dan sekitarnya. Udelogis ini menghasilkan "Udelisme" yang mana faham ini menjadikan udel sebagai pusat kepentingan dari semua kegiatan (aktivitas) dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun