"Apa kabar pekerjaanmu? Ada masalah dengan tukang, waktu, dan lain-lain, nggak? Kalau kamu melihat kinerja mereka lambat, bagaimana kita ganti tukang saja?"
Begitu pertanyaan-pertanyaan beserta saran yang kemudian disampaikan oleh kawan saya. Biasalah, karena pekerjaan sudah berlangsung selama dua minggu.
Mungkin kawan saya mengamati "kepayahan" saya dalam pekerjaan. Mungkin juga ditambahi oleh kabar-kabar "bising" dari rekan-rekan saya lainnya, termasuk rekam jejak (track records) si tukang bangunan yang ternyata "kurang" memuaskan rekan saya (saya pun baru mengetahui hal itu!). Pokoknya, kalau saya menjawab "kita ganti tukang", keesokan harinya pekerjaan pasti berhenti untuk menunggu tukang yang baru.
"Bagaimana tanggapan pemilik rumah?" Saya malah menanyakan itu padanya karena justru kawan saya merupakan relasi si pemilik rumah.
Pertanyaan saya ini lebih penting bagi saya, karena pemilik rumah pun mengikuti laporan harian saya berupa foto-foto kemajuan (progress) pekerjaan sekaligus laporan pengeluaran beserta nota-notanya melalui sebuah grup di Whatsapp. Semua anggota grup pun bisa melihatnya, dan terbuka peluang untuk mengoreksi atau mengkritisinya.
"Dia senang sekali."
Nah, cukup! Jawaban itulah yang paling penting bagi saya, karena pemilik projek ini sesungguhnya adalah si pemilik rumah sekaligus pemberi pekerjaan dan dana.
Kali ini giliran saya yang "tidak perlu mendengar" suara "lain", karena fokus saya adalah menyelesaikan pekerjaan dengan segala siasat yang tepat-akurat--bukan lagi gagasan "ganti tukang" atau apalah dari orang yang setiap hari sama sekali tidak pernah berada di lokasi pekerjaan saya. Toh, selama dua minggu pekerjaan sedang berjalan, dan perlu kesadaran, kesabaran, ketekunan, dan kekompakan untuk mencapai hasil (realisasi) seutuhnya (100%). Â Â Â
*******
Kupang, 16 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H