Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menggagas Buku Kumpulan Artikel Pilihan tentang Tulis-Menulis

25 Maret 2019   20:51 Diperbarui: 25 Maret 2019   22:32 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak memiliki ilmu atau jurus-jurus mengenai tulis-menulis. Sewaktu SMP, dan pas pelajaran Bahasa Indonesia, saya pernah dikeluarkan dari ruangan karena malas mengerjakan PR. Sewaktu SMA, saya tergolong murid malas memperhatikan ketika guru sedang menerangkan teori mengenai narasi, argumentasi, deskripsi, persuasi, dan seterusnya. Sewaktu kuliah, sama sekali tidak ada pelajaran Bahasa Indonesia karena jurusan (kini: program studi) saya adalah Arsitektur.

Akan tetapi, di Kompasiana.Com terpajang beberapa artikel saya yang berkaitan dengan tulis-menulis secara praktis. Jumlahnya cukup lumayan juga bagi seorang yang tidak memiliki ilmu atau jurus-jurus mengenai tulis-menulis semacam saya ini, 'kan?

Mengapa saya, yang arsitek ini, kemudian menulis? Ya, seperti kata kebanyakan penulis, karena rajin membaca tulisan orang-orang hebat. Kerajinan yang berkelanjutan menjadi ketagihan hingga keranjingan mengakibatkan kepala saya dipenuhi tulisan sampai "muntah".

"Muntahan" saya pun berupa tulisan. Ketika keranjingan opini, saya "muntah" opini. Ketika keranjingan puisi, saya "muntah" puisi. Dan begitulah seterusnya.

Setelah itu, rajin menulis, saya keranjingan menulis. Saya bukanlah penulis, tidak bercita-cita menjadi penulis, dan sama sekali tidak berambisi menjadi penulis, tetapi saya malah ikut-ikutan keranjingan menulis seperti para penulis yang hebat itu.

Persoalannya, apakah tulisan saya layak disebut sebagai sebuah tulisan? Mau-tidak mau saya mewajibkan diri saya sendiri untuk melakukan "uji kelayakan" melalui sebuah "ajang ujian", meskipun informal. Hal ini saya lakukan untuk mengukur kelayakan atas keranjingan saya.

"Ajang ujian" itu berupa proses seleksi, baik dalam bentuk puisi, cerita pendek (cerpen), cerpen pendek, cerita anak, dan esai/opini. Semua itu merupakan keranjingan saya yang serius--kira-kira stadium 4. Dan, perlu, bahkan penting adanya pihak lain yang berkompeten untuk mengujinya agar keranjingan yang akut tersebut bukanlah sekadar pengakuan (klaim) subjektif saya.

Pertama, di media massa seibarat tes (ulangan) harian. Ketika ada yang dimuat, berarti "layak", dan "lulus tahap I". Dari situ saya rajin mengikuti "ujian" tahap II, III, dan seterusnya. Dari satu media massa ke media massa lainnya, khususnya cetak. Sebagian berhasil saya kumpulkan dalam bentuk kliping. Sebagian entah di mana.

Kedua, dalam kompetisi (lomba atau sayembara penulisan) seibarat tes (ujian; ulangan) semesteran, bahkan ujian nasional. Tentu saja tahap satu ini lebih serius karena tema, kriteria, dan persaingan yang ketat, apalagi jika berhadiah besar. Hasil berupa piagam penghargaan, bagi saya, seumpama ijazah kelulusan.  

Ketiga, kurasi untuk tergabung dalam buku kumpulan bersama seibarat tes (ulangan) harian secara mendadak. Meski seakan sebuah partisipasi, tetaplah saya menempuh "ujian" satu ini dengan serius karena akan terabadikan dalam buku. Artinya, jejak pemikiran saya bisa dilacak dan dinilai oleh siapa pun dari generasi sekarang dan nanti.

Keempat, di media daring berstatus "jurnalisme warga" (Citizen Journalism) seibarat ujian harian yang rutin, contohnya Kompasiana.Com. Di media pelopor jurnalisme warga ini pun saya melakukan "uji kelayakan", apalagi tema dan bentuknya bebas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun