Minggu, 3/3/2019 saya terlibat dalam misi "menyelamatkan ikan yang tenggelam" di daerah yang dikenal oleh sebagian orang Balikpapan dengan nama "TPA", Manggar, Balikpapan Timur. Spontanitas saja karena ajakan Alfiansyah dan Vrendy Zulianang. Anggota tim lainnya, yaitu Nur Choiri, berhalangan. Mertuanya sedang beranjangsana ke rumahnya.
"Menyelamatkan ikan yang tenggelam"? Ya, supaya terkesan heroik saja dibandingkan dengan kata "mancing" . He-he-he-he.
Saya hanya memenuhi ajakan kedua putera Balikpapan dalam mancing-memancing setelah dari sekitar rumah Alfian di dekat jembatan Manggar pada Kamis, 27/12/2018. Maksud saya, mohon jangan menanyakan tempat pemancingan di Kota Minyak karena saya pendatang. Dan, hobi yang menyenangkan sejak SD satu ini, sebenarnya, sudah saya kesampingkan agar saya bisa lebih sering berada di rumah.
Jalan ke Tempat Pemancingan
Adalah TPA, sebutan tempat pemancingan yang dikenal oleh sebagian orang Balikpapan, berlokasi sekitar 3-4 km dari tempat pembuangan akhir untuk sampah Kota Balikpapan, dan satu jalan awal menuju ke tempat pemancingan tersebut memang satu arah. TPA bukanlah singkatan dari Tempat Pemancingan Apalah.
Suasana
Bakau atau mangrove merupakan pemandangan paling dominan di tepian Sungai Manggar itu. Beberapa anak kepiting bakau ("ketem remangok" istilah orang kampung halaman saya) memanjati akar-akar bakau. Seekor burung pencari ikan melompati akar-akar bakau.
Dengan sebuah perahu seorang nelayan sedang menarik pukat di tengah sungai. Entah ikan apa yang diperolehnya. Satu-dua perahu kayu bermesin melintas.
Pagi itu susana memang sepi, padahal Minggu. Biasanya, kata Alfian, cukup ramai pemancing.