Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ratu Hoaks yang "Teraniaya" dan "Terbuang"

1 Maret 2019   01:56 Diperbarui: 1 Maret 2019   04:53 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal, paling tidak, justru wakil Ketua DPR RI itulah yang "pas" sekali untuk menjenguk RS. Pasalnya, sebelum "pengakuan" atas hoaks, FZ sempat menjenguk RS sekaligus berfoto bersama.

"Mbak @RatnaSpaet memang mengalami penganiayaan dan pengeroyokan oleh oknum yang belum jelas. Jahat dan biadab sekali," cuit FZ lewat akun twitter-nya @fadlizon, Selasa siang, 2 Oktober 2018.

Wakil Ketua Umum (Waketum) Gerindra itu juga mengunggah foto dirinya dengan Ratna yang menggunakan baju berwarna biru dengan motif garis-garis, dan menulis, "Saya menjenguk Mbak @RatnaSpaet saat proses recovery dua hari lalu. Tindakan penganiayaan ini memang sungguh keji."

Detik.Com
Detik.Com
Ucapan yang dilontarkan oleh HNW dan FZ, sepakat atau tidak, bisa jadi merupakan "penganiayaan psikis" yang senada dengan peribahasa "Habis manis, sepah dibuang" jika diparodikan menjadi "Habis manis, sepuh (alias nenek) dibuang". Soal sadis mana antara "penganiayaan fisik" dan "penganiayaan psikis", entah siapa yang mengetahuinya.

Di sisi lain, siapa yang bisa mengetahui, ada apa dalam acungan dua jari RS, meski jelas ia "terbuang" dari kumpulannya serta "teraniaya" oleh sikap orang-orang yang pernah didukung dan dibelanya. Apakah RS malah sedang melakoni sebuah peran baru karena, toh, memainkan suatu peran bukanlah hal yang baru bagi wanita yang pernah berteater bersama Maestro Teater Modern Indonesia, W.S. Rendra, meski mengorbankan kuliahnya di Arsitektur Universitas Kristen Indonesia? Entah siapa yang mampu mengetahui selain dirinya sendiri, 'kan?

Namun, jika memang "teraniaya" dan "terbuang" begitu perih, apa boleh buat. Beginilah realitas politik praktis di Indonesia yang selalu menganut adagium "Tidak ada kawan-lawan abadi, selain kepentingan". Ketika sebuah sikap sangat menghebohkan dunia politik praktis Indonesia dan berdampak telak pada "kepentingan" elite koalisi, atau "amat sangat dirugikan" menurut HNW, secara langsung menjadi bumerang bagi RS sendiri. Dan, entah seperti apa rasa "teraniaya" dan "terbuang"-nya RS atas respons HNW dan FZ.

*******
Balikpapan, 1 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun