Soal Salat Jumat-nya Prabowo di Masjid Agung Kauman, Semarang (15/2), sudah selesai, 'kan? Soal kecurigaan Fahri Hamzah terhadap penguasa alias Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) yang mencampuri (intervensi) urusan pribadi Prabowo (14/2), juga selesai, 'kan?
Terus terang, sebagai orang Nasrani yang hidup di Indonesia lebih 30 tahun, saya sering terheran-heran. Hal semacam ini acap kali muncul di media sosial pasca-Pilpres 2014, yang berintikan "tudingan" sebagian orang bahwa rezim Jokowi anti-Islam.
Ya, saya orang Nasrani. Latar agama orang tua saya dulu, ya, tentu saja, non-Nasrani. Kebanyakan (mayoritas) anggota keluarga besar saya, baik di Jawa maupun Bangka, beragama Islam. Sebelum saya lahir pun, orang tua saya melarang masakan berdaging haram di rumah karena saudara bapak-ibu bahkan saudara-saudara angkat saya tinggal di rumah.
Seorang sepupu saya di Bangka, yang pernah tinggal di rumah kami, disekolahkan oleh orang tua saya, juga beragama Islam, bahkan salat lima waktu tanpa bolong, aktif di surau kampung halaman saya, dan kini aktif di salah satu partai Islam. Kalau saya mudik, sepupu saya tidak pernah mengeluh soal intervensi Jokowi selama ini.
Kebanyakan orang kampung halaman saya juga beragama Islam. Kebanyakan orang di lingkungan tempat tinggal saya sekarang (Balikpapan) juga beragama Islam, dan tidak pernah terdengar adanya pergunjingan perihal "intervensi" Jokowi. Tentu saja, kebanyakan pemimpin daerah yang pernah saya rantaui beragama Islam. Bahkan, para presiden RI beragama Islam.
Intinya, saya terbiasa berada dalam lingkungan berlatar Islam, dan menjadi warga yang dipimpin oleh orang Islam. Masjid-masjid di sekitar tempat tinggal saya pun selalu rutin menjadi tempat beraktivitas keagamaan warga sekitar. Semuanya aman-aman saja.
Akan tetapi, saya benar-benar terheran-heran ketika sebagian orang, apalagi sebagian warganet, "menuding" Jokowi alias presiden ke-7 RI "anti-Islam". Padahal, setahu saya, Jokowi menunaikan Ibadah Haji pada 2004 sehingga nama dan titel lengkapnya adalah Ir. H. Joko Widodo, dan tertera pula dalam selebaran kampanye Pilwalkot Surakarta pada 2005. Beberapa kali Jokowi menunaikan Umrah. Dan, kini Jokowi bergandengan dengan Kiyai Haji Ma'ruf Amin sebagai paslon 01 dalam kontestasi Pilpres 2019.
Saya benar-benar tidak bisa mengerti, mengapa Jokowi "dituding" sebagai anti-Islam, dan seorang Fahri Hamzah sampai sebegitu curiganya terhadap Jokowi. Politik, sih, politik, tetapi mbok yao tidak perlu sampai membuat saya terheran-heran begini, to?
Itu saja, sih, yang ingin saya ungkapkan atas keheranan saya selama 4 tahun terakhir hingga soal Prabowo melakukan Salat Jumat tadi. Maafkan saya atas ketidakmengertian perihal "tudingan" atau "kecurigaan" sebagian orang bahwa Jokowi anti-Islam.
*******
Balikpapan, 15 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H