Meski demikian, bukan berarti pihak lawan politik tetap bisa duduk-tenang di beberapa ruang pertemuan bersama konstituen dengan pidato ini-itu, atau pelosok pasar bersama emak-emak. Bisa jadi sebagian dari mereka justru "agak" gelisah karena situasi nasional itu, yang sangat berpotensi positif terhadap penambahan jumlah dukungan untuk Jokowi. Â Â
Akan tetapi, harus bagaimana lagi jika realitas sosial-politik dan situasi alam sedang begini, 'kan?
Di satu sisi, ada sekelompok orang "memojokkan" Jokowi melalui bencana alam dan dalil-dalil agama. Di sisi berbeda, bencana alam malah "memboyong" Jokowi ke pelosok-pelosok lokasi bencana sekaligus bertemu secara langsung dengan masyarakat setempat.
Hanya saja yang tidak bisa diluputkan adalah "misteri" alias "takdir" seorang Jokowi. Kalau pada Pilpres 2019 Jokowi kalah, bisa jadi segala bencana 2018 akan dianggap oleh pendukung Prabowo sebagai pertanda yang buruk (isyarat alam) untuk Jokowi. Namun kalau Jokowi menang, bisa jadi juga bahwa bencana alam 2018 andil dalam kemenangannya, dan para pendukung Prabowo akan entah berdalil bagaimana lagi.
Beginilah realitas dinamika Negara Pancasila di tahun politik yang sedang marak kampanye. Bencana alam beserta dalil agama pun bisa "dilibatkan" dalam adonan kampanye. Mengenai hasil akhirnya, ya, tunggu saja sampai 17 April 2019. Semoga tabah sebab semua akan aduhai pada waktunya.
*******
Balikpapan, 26-29 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H