Misalnya saja saya berpikir tentang arsitek-arsitektur, tata kelola lingkungan, sosial-budaya, politik, media, bahasa, kartun, bahasa dan lain-lain, salah satu parameter "pencapaian" berada di redaksional pihak lain. Saya tidak patut mengklaim sepihak, 'kan? Â
Kompasiana yang juga media pelopor jurnalisme warga (citizen journalism) ini, bagi saya, merupakan tempat untuk menabung tulisan, khususnya berkategori "Pilihan" (Highlight) dan "Artikel Utama" (Headline). Sebagai tempat menabung tulisan, tentu saja, biasa jika suatu waktu saya "menarik" isi tabungan itu untuk suatu "kepentingan" (kebutuhan), 'kan?
Saya pun sudah mencungkil tabungan tulisan lagi, yaitu artikel-artikel berkategori "Pilihan", selain fiksi. Sebagian sudah saya simpan dalam kamar data (folder) sesuai dengan topiknya. Salah satunya, "Arsitek yang Menulis" (4/3/2017) yang berasal dari judul artikel yang sama.
Rencana saya, 2019 buku Arsitek yang Menulis bisa terbit. Dalam buku yang hanya 30 eksemplar ini nanti berisi 30-an artikel saya dari kategori "Pilihan".
Yang membuat semangat saya terpacu untuk membukukannya adalah terpilihnya Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 pada 24 Juli 2018. Berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum dengan nama "Rindu", Emil meraih 7.226.254 suara (32,88 persen), disusul pasangan Sudrajat - Ahmad Syaikhu atau Asyik 6.317.465 suara (28,74 persen), pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 5.663.198 suara (25,77 persen), dan pasangan Hasanudin-Anton Charliyan atau Hasanah 2.773.078 suara (12,62 persen).
Sebelum maju dengan pasangannya secara resmi pada Sabtu tengah malam, 6 Januari 2018, melalui usungan Nasdem, PKB, PPP, dan Hanura, satu hari sebelumnya (Jumat, 5/1) saya sempat kepedean memajang artikel "Arsitek Menjadi Kepala Daerah" di Kompasiana. Â Antara kepedean dan "kebablasan" bernaluri dengan sesama arsitek, mungkin, masih "tetangga sebelah guling".
Kebetulan Emil terpilih. Kebetulan? Anggap saja begitu, meskipun sebagian orang menolak faktor "kebetulan". Saya, sih, menganggapnya "kebetulan" supaya saya tidak terjebak dalam dunia paranormal alias ramal-meramal atau malah menjadi hoaks. Aduhai, hoaks!
Masih ada "kebetulan" lainnya? Ada. Contohnya tertuang dalam artikel "Sebuah Mural Menghadap Langsung ke Rumah Gubernur Baru" (10/10) yang juga saya gabungkan ke buku "Arsitek yang Menulis" nanti, dimana sampulnya dari sebagian mural saya itu.
Saya rasa itu saja yang bisa saya sampaikan dalam artikel ini. Terima kasih, Kompasiana!
*******
Kupang, 24 Oktober 2018 Â