Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ziarah Rembulan

28 Maret 2018   18:59 Diperbarui: 28 Maret 2018   20:05 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku masih menukar malam dengan
Semangkuk kuah matahari kemarin
Sebelum lelap menghimpun embun
Mengristal pada risalah ziarah yang
Karam di samudra mimpimu

Ini ziarahku kembali meski belum
Sepenuh bulatan waktu
Entah separuh atau seperempat

Kamu tahu aku lebih kelelawar dari
Sekelebat malam serembesan matahari
Mencetak ruas-ruas tulang punggung

Aku tidak pernah berhenti hanya
Sebab kuah matahari tumpah ruah pada
Lapangan arloji menghambat langkah
Ziarah paling alergi di rumpun retinamu

Aku dan kamu bisa menyantap
Bubur fajar pada piring yang sama
Tetapi selanjutnya aku tidak lagi menemanimu
Menggigit pedasnya daging matahari sebab
Malam telanjur datang menghampar tilam
Di pesisir ziarah rembulanku

*******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun