Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Buku Asah

21 Februari 2015   10:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#1

Diambilnya buku bertabur kata, angka, garis

Digosok-gosokkan pada keliling kepala

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Rambut pun mengungsi

Ia ingin menajamkan kepala untuk membelah

Bumi, langit, matahari, bulan, bintang dan

Para pemilik kepala agar keluar seluruh isi

Tiada yang tersembunyi jadi rahasia

#2

Digosok-gosokkan buku pada matanya

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Bulu mata alis mengungsi takut tergusur

Ia ingin menajamkan mata untuk

Menembus membedah kepala dan

Dada orang-orang agar tiada rahasia

Di benteng-benteng diri

Di bilik-bilik sunyi sari pedih dengki

Yang terkadang menyayat menikam

Dalam gelap paling pekat

#3

Digosok-gosokkan buku pada telinga

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Jambang mengungsi khawatir tergusur

Ia ingin menajamkan telinga agar jelas

Setiap bisik-bisik bahkan dari semua seberang

Tentang nama laku karya dengkur kentut

Tidak terus dikuasai kelompok-kelompok

Yang kemudian sering dikumandangkan

Dengan suara sengau nan parau

#4

Digosok-gosokkan buku pada lidah mulut

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Kumis dan jenggot mengungsi enggan gugur

Ia ingin menajamkan lidah mulut

Agar lincah lantang menyuarakan

Tuntutan kepala dan desakan dada

Tentang senyum tawa gumam cemberut

Di hadapan para pemakan buku

Sampai ke ujung-ujung bumi

Yang tidak terjangkau mimpi-mimpi

#5

Digosok-gosokkan buku pada hidung

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Bulu hidung mengungsi tidak sudi sia-sia

Ia ingin menajamkan penciuman

Leluasa mengendus gelagat gejala

Anyir busuk terselubung dalam bungkus

Berparfum kelas paling dunia

#6

Digosok-gosokkan buku pada jemari

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Rambut halus pun mengungsi

Ia ingin menajamkan sentuhan pada

Kata-kata, angka-angka, garis-garis

Agar tidak lengah terjebak pada silang bentur

Mulut lidah para petarung yang sering

Meruncingkan meninggikan tanduk

Mendongak dan membusungkan kepala

#7

Digosok-gosokkan buku pada sekujur kulit

Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu

Berbulan-bulan, bertahun-tahun

Rambut halus mengungsi entah ke mana

Ia ingin menajamkan rasa

Di antara simpang-siur perih resah sunyi

Berkelebat mencari persinggahan sesaat

Sesat pun tidak lagi rahasia milik siapa

Bahkan pada setiap batu nisan

*******

Panggung Renung, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun