Sedikit. Lompatan sang juara mempengaruhi tingkat keheranan dan ketertarikan pendengar atau pembaca informasi. Namun, kejuaraan yang diraih personil pelompat tidak menjadi bagian yang paling penting yang dapat menarik minat penikmat wisata untuk mengunjungi pulau kita. Karena kenikmatan utama yang ingin dinikmati pengunjung adalah nilai budaya Hombo Batu itu sendiri bukan untuk melihat juaranya.
Jadi, bagi yang ingin berbuat untuk kemajuan Pulau Nias tidak usah terlalu sibuk memperdebatkan Juara, sindir-menyindir, dan apalagi memprovokasi. Kesan ini bisa merendahkan tingkat keinginan wisatawan untuk berkunjung.
Pertanyaan 4
Dimanakah wisatawan dominan menyaksikan Hombo Batu?
Bukan pada kegiatan perlombaan. Mereka dominan menikmatinya di Desa-Desa tradisional yang sekaligus memiliki pesona lain selain pesona Hombo Batu itu sendiri, misalnya di Desa Bawomataluo. Mungkin Hombo Batu dapat juga dinikmati oleh wisatawan di Desa lain tetapi jika mereka memilih keuntungan yang dapat sekaligus mereka nikmati secara bersamaan di samping Hombo Batu, mereka akan memilih Desa Bawomataluo. Tidak boleh dipungkiri, ini realita.
Apakah kemudian Bawomataluo dalam hal Hombo Batunya dan komponen lainnya hanya milik warga Desa Bawomataluo?. Bukan. Desa Bawomataluo hanyalah sebagai tempat perwakilan desa-desa di kepulauan Nias yang masih utuh mewarisi peninggalan lehur kita, tidak lain milik masyrakat kepulauan Nias.
Bagaimana agar wisatawan lebih memilih menikmati Hombo Batu di Desaku, desamu atau desa mereka?. Mari belajar dan berdiskusi bersama merancang dan melakukan strategi positif untuk membangun wisata Desa. Tak usah berlarut pemikiran isme sementara hal penting lain yang perlu kita dukung dan kita lakukan terabaikan.
Pertanyaan 5
Perlu tidak diberikan pendidikan karakter kepada setiap pelompat  Hombo Batu meskipun Hombo Batu dilakukan dalam tujuan olahraga?
Sangat perlu. Karena karakter pelompat memberi pengaruh terhadap kesan yang didapatkan oleh wisatawan atau penikmat Hombo Batu. Sebagaimana yang penulis kemukakan di atas bahwa meskipun dalam event perlombaan, pelompat tak boleh menodai nilai budaya pulau Nias.
Sebut saja selebrasi dengan tangan atau jari yang tersirat mencaci atau selebrasi pelompat dengan suara cacian dan hal-hal lainnya yang tidak diwariskan dalam budaya kita. Disinilah andil kita sebagai masyarakat dan pemerintah, cara dan strategi apa yang harus kita lakukan untuk memunculkan pelompat-pelompat kita dengan karakter baik. Tanpa harus meniru selebrasi olahragawan-olahragawan ceroboh yang muncul di media.