Mohon tunggu...
Agustinus Rangga
Agustinus Rangga Mohon Tunggu... Belum Punya Profesi -

Mahasiswa Biasa | www.agustinusrangga.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan itu Milik Siapa?

23 Mei 2016   23:32 Diperbarui: 23 Mei 2016   23:41 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar keren ini diambil dari : fokusjabar.com

Obrolan di siang itu berlangsung seru. Kedua sahabat membahas banyak sekali bahan obrolan. Kadang mereka membahas game yang sedang hits, sesekali nakal membahas teman perempuan mereka yang cantik. Bahasan mengenai ekstrakurikuler dan kegiatan organisasi mereka juga tidak absen, sesekali masalah yang populer juga mereka tanggapi dengan kritis. Ilustrasi diatas mungkin bisa sedikit menggambarkan keadaan pikiran kebanyakan pelajar di sekitar kita. Tapi ternyata eh ternyata, semua obrolan itu dilakukan saat guru mengajar dan kelas sedang berlangsung.

Seorang mahasiswa yang adalah aktivis kampus sedang gundah memikirkan kebijakan pihak kampusnya yang dinilai tidak memihak kepada rakyat kecil. Untuk memetakan masalah tersebut dia membuat mind map pada sebuah kertas kosong. Dari akar masalah hingga strategi diskusi dengan pihak rektorat dia susun rapi di kertas tersebut. Semua itu dilakukan mahasiswa tersebut saat Ujian Akhir Semester sedang berlangsung, dan kertas yang dipakai adalah kertas buram yang sebelumnya dibagikan oleh pengawas sebelum ujian dimulai. Ya, mahasiswa itu sedang ujian.

Semua bisa Berkomentar Tentang Pendidikan

Lima Belas tahun saya masuk dalam sistem pendidikan sebagai siswa hingga mahasiswa, tidak mungkin bila tidak ada satu peristiwa pun yang bisa saya jadikan latar belakang tulisan di bulan pendidikan nasional ini. Sedikit ilustrasi diatas diambil dari pengalaman saya (sesekali saya pernah melakukan ilustrasi yang pertama di sekolah dulu hehehe), sedikit banyak bisa menggambarkan bagaimana seorang siswa dalam sistem pendidikan negara ini. 

Memang kalau pada kasus diatas si siswalah yang tidak bisa menempatkan diri pada waktunya. Tapi apakah kesalahan terletak hanya pada siswa tersebut? Bisa saja cara menjelaskan guru tersebut kurang menarik dan beliau tidak tegas menjaga siswanya agar tetap fokus. Kalau memang sang guru juga seperti itu, bisa saja kita menyimpulkan bahwa sang guru sekadar mengajar, dan si siswa sekadar ikut kelas, untuk urusan lainnya tidak peduli. Yah memang karena sekarang jaman yang serba praktis dan bebas, kejadian seperti itu bisa saja terjadi, sikap tidak peduli sering sekali kita temukan, bahkan kita pun pernah.

Wah, Kalau Banyak yang Begitu Berarti Sistem Pendidikan Bahaya dong?

Nah bisa jadi, kalau di kelas tidak memperhatikan pelajaran, apalagi saat ujian malah ngerjain hal lain, gimana bisa dapat ilmunya? Guru yang mestinya digugu dan ditiru, tidak lagi digugu oleh siswanya. Memang sekarang di jaman instan ini, semua hal bisa kita dapat dengan mudah. Tapi seringkali yang  instan-instan itu malah membuat kita tergiur. Bisa saja kita cari ilmu di internet, tapi sebenarnya kalau kita sadar, ilmu yang kita dapat di kelas adalah ilmu yang sudah dikemas sebaik mungkin untuk kita sebagai siswa / mahasiswa yang menerimanya,

Lha sekarang solusi yang tepat itu yang seperti apa? Bisa saja sang guru sedikit galak pada muridnya, dengan tujuan agar siswanya dapat memperhatikan proses pembelajaran di kelas. Eeeh tapi jatuhnya ntar malah ada sebutan guru killer. Jadi memang setiap masalah butuh solusi yang tepat. Dan masalah terbesar yang bisa kita simpulkan dari uraian diatas adalah: bagaimana membuat siswa / mahasiswa membutuhkan ilmu yang disajikan di sekolah? Punya solusi? silakan sharing di komentar, hehehe

Masih berpikir bahwa Pendidikan diurus oleh pemerintah saja?

Sebenarnya pendidikan itu milik kita bersama. Kebiasaan kita yang menuntut "dilayani" perlu diubah menjadi ingin "melayani". Banyaknya kantor bimbingan belajar menjadi salah satu upaya yang keren untuk menumbuhkan minat belajar siswa selama bimbingan belajar itu tidak terlalu profit oriented. Kita juga bisa membuat solusi kreatif untuk bersama pemerintah menegaskan bahwa Pendidikan itu Gerakan Semua Orang. Dengan tidak melupakan tujuan pendidikan yang sudah diatur dalam undang-undang. Agar masyarakat indonesia dapat Hamemayu Hayuning Sariro, Hamemayu Hayuning Bongso, hingga Hamemayu Hayuning Bawono. Seperti kata Ki Hadjar Dewantara. 

Masih pikir-pikir Buat Ikutan Aksi di Bidang Pendidikan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun