Mohon tunggu...
Agustinus Maran
Agustinus Maran Mohon Tunggu... Guru - Guru Pelosok

Menulislah selagi dunia tak pernah menghakimi tulisanmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maria

28 April 2023   19:20 Diperbarui: 28 April 2023   19:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari kota hujan aku mencium aroma daun yang basah, udara berkabut, dan nyanyian ranting hening membekas pada batuk yang ranum di simpang- simpang jalan.

Engkau tak boleh khawatir, Maria. Hujan yang manis dan ayu membawa sejuta doa supaya tidak merasa sepi sendirian.

Biarkan ia menyusuri jalan kota bersama senja yang membekas 

Dan terpahat juga akhirnya pada balai-balai bambu tempat ibu menidurkan mimpi kecilmu dahulu.

Timanglah, padanya teka-teki nasib sedang berkaca di pelupuk mata. 

Dari kota hujan kudengar bisik gerimis di ufuk timur bahwa harum rambutmu memadu sunyi

Kelak jika purnama tak terbit, dengan setulus hati maknai doa-doa

Jangan terkejut oleh igauan sendiri

Lembutnya awet di putik-putik kembang randu melampaui hati.

Jangan khawatir, Maria. Hujan tak sedang gundah. Ia hanya berada dalam sakitnya untuk jadi kenangan di cerlang senja

Tangisnya jadi air, tumpah di hatimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun