Mohon tunggu...
Agustinus Maran
Agustinus Maran Mohon Tunggu... Guru - Guru Pelosok

Menulislah selagi dunia tak pernah menghakimi tulisanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Kenangan dalam Aroma Kembang Manis

8 April 2022   10:40 Diperbarui: 8 April 2022   10:53 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah melewati malam dengan aroma embun yang selalu dinikmati sejuknya oleh rerumputan, mari sedikit bercakap menyingkap matahari yang sebentar lagi mengusap ubun sambil mengenang aroma bantal yang memberimu tabungan umur lewat bunga-bunga tidur.

Di kening pagi, saat bibir bunga beranjak merekah, mari bertukar salam, saling membaca diri dengan guyuran imaji. Dalam doa-doa kecil kita mengamini sunyi. Biar hari sedikit adem, dari tanah yang sama tempat kita berpijak ada tetes kenang ingin bermanja. Kenangan itu milik kita yang mendupakan hidup dari dapur sekolah yang diciptakan sepenuhnya untuk mebaca debat musim dan riwayat semesta di dasar tungku.

Jumat, 8 April 2022, peserta didik kelas IX SMPN Satu Atap Lewaji menulis kenangan dalam aroma 'Kembang Manis'. Kenangan itu disajikan untuk dibaca bersama sebelum sejumlah peristiwa kembali hilang dan tersisa rindu ingin pulang. Kali ini mereka membuat kue kembang goyang dan bolu kukus. Perpaduan kedua kue ini diberi nama 'Kembang Manis'.

Kembang goyang merupakan kue kering yang berbentuk bunga dengan cita rasa manis dan gurih yang menggugah rasa untuk mengekalkan kenangan yang berdenyut. Nanti, akan dibawakan seluruhnya ke dalam pelukan sambil merapal hari-hari yang telah lewat dan mengingat sejumlah kisah pada satu hening yang empuk. Dalam rasa kembang goyang, ada doa yang disemogakan, sebab langkah sudah mengakar dalam perjuangan.

Bolu kukus begitu menggugah selera dengan tekstur yang lembut dan cita rasa manis, semanis kenangan yang terhidang untuk dibaca dalam ingatan. Hingga pada satu musim yang tidak terkira, ingatan itu membawa kita untuk memahami arti bawa kita pernah bersama, berteduh dan menyulam separuh hidup yang tidak habisnya diceritakan. Cita rasa yang manis itu menceritakan keikhlasan usaha, menceritakan kita yang tetap bergelut dengan lelah untuk mewujudkan rahasia mimpi dan karya. 

Aroma kembang manis melukis sketsa wajah kita untuk berkaca di antara mimpi terpanjang perjuangan yang senantiasa berpijar, sebab sebentar lagi langit akan mengirimkan gerimis kemarau membasahi perjalanan yang melambai di balik jendela. Bacalah setiap kenangan dalam cita rasanya. Simpanlah sisa kehidupan dalam setiap aromanya agar tersisa rupa yang diinginkan. Lembut dan manis. Kenangan itu lembut menghampiri. Kenangan itu manis menyapa. Jangan berhenti untuk menyayat nasib sendiri. Walau mengabarkan kesedihan karena takkan kembali lagi, esok pasti akan lebih dari sekedar perjumpaan. 

Melalui kembang manis ini kita membaca kenangan. Kita bercerita pada dunia dengan mimpi yang besar bahwa kita tidak menyerah pada tujuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun