Kenang-kenang telah membebaskan diri dari belenggu cahaya dan keremangan hening kota yang padat tinggal potongan-potongan rapuh di sekujur jalan dulu sempat kehilangan pulang berulang.
Ketika pulang ia tampak lebih tampan dan pandai merahasiakan diri kepada usia yang tak saling mengenal. Saya habis bertemu dia memasang senja di jendela begitu simpel dan hati-hati. "Pulanglah, sudah senja. Sebentar lagi gelap," katanya.
Senja yang memerah tak pernah berubah dan minta membacakan sajak-sajak pulang. "Ayo, kita habiskan malam ini biar lebih banyak lagi saling mengenang", kataku.
Kenangan hanya mengangguk dan takut pamit pada kesendirian.Â
Di bawah jendela kunang-kunang dengan ramai menghiasi senja yang semakin kelam dengan dosa bertumpuk setelah perumpaan hanyalah secangkir anggur tersisa mengendap dalam doa tergenapi.Â
Barangkali doaku dilupai ingatan yang selalu membawaku padamu.
Senja pun pamit.
Kunang-kunang kini pergi.
Andai hari ini berakhir, tunggu aku dikantukmu.
"Selamat malam kenang-kenang"
Lewaji, 13 Desember 2021