[caption id="attachment_79322" align="alignright" width="300" caption="Papan nama perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. (Kompas/A Handoko)"][/caption]
Saya masih tidak bisa memahami, tidak habis pikir dengan pertimbangan-pertimbangan sejumlah bupati yg memiliki wilayah di perbatasan di Kalbar 5 tahun sampai 10 tahun lalu. Bisa-bisanya ya ada bupati yang menerbitkan izin lokasi perkebunan kelapa sawit di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Parahnya lagi, perusahaan perkebunan kelapa sawit itu berasal dari Malaysia. Apa yang ada di benak Anda? Logika sederhana tentu menuntun kekhawatiran saya pada apa yang akan terjadi di wilayah perbatasan itu. Mantan Panglima Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura Mayor Jenderal Moeldoko (kini Pangdam III/Siliwangi) menemukan indikasi ada beberapa lokasi perkebunan kelapa sawit di wilayah perbatasan yg dimiliki pengusaha asal Malaysia. Kekhawatiran saya, yg bermula dari temuan lulusan terbaik Akademi Militer 1981 dan jajarannya itu tentu berpijak pada rentang waktu hak guna usaha (HGU)perkebunan yang mencapai 30 tahun dan bisa diperpanjang dua kali. Artinya, kalau perpanjangan disetujui, jangka waktu operasional perkebunan itu mencapai 90 tahun. Selama rentang waktu sepanjang itu, orang-orang di luar perusahaan tentu akan sangat sulit masuk ke lokasi itu. Dan, ini sangat mengancam kedaulatan negara Indonesia. Moel, panggilan jenderal bintang dua itu sudah bertindak benar dengan mengidentifikasi dan melaporkannya ke jajaran yang lebih tinggi di pusat. Usulannya untuk meninjau ulang izin-izin perkebunan di perbatasan itu patut didukung demi kedaulatan negara. Jujur, saya ngeri kalau wilayah perbatasan kita berupa perkebunan kelapa sawit, dan dikuasai pengusaha negara sebelah pula. Kalau ada kegiatan apa-apa di perbatasan, entah itu tujuannya baik maupun buruk, kita tak bisa mendeteksi dan mengambil tindakan. Jika Anda penasaran dengan wilayah perbatasan Kalbar-Serawak, Malaysia, sesekali mainlah ke sana, terbentang sepanjang 966 kilometer. Namun, jangan sekali-sekali Anda datang sendiri tanpa penunjuk jalan masyarakat sekitar. Bisa-bisa, Anda tersesat di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit (ketika Anda di tengah-tengah perkebunan, semua pemandangan sama, dan akan susah membedakan arah kecuali hafal posisi matahari, itu juga kalau kelihatan). Salah-salah, Anda melangkah ke wilayah Malaysia. Kalau sedang tidak beruntung, Anda akan bertemu dengan petugas keamanan Malaysia yang berpatroli di sekitar perbatasan. Maklum, jalan di sekitar perbatasan Malaysia mulus lus lus, berbanding 180 derajat dengan jalan di wilayah perbatasan Indonesia. Tanpa dokumen keimigrasian seperti paspor, Anda akan berurusan dengan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H