Mohon tunggu...
Agustinus Handoko
Agustinus Handoko Mohon Tunggu... -

menulis adalah berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dikejar, Dirampas, dan Pulang Bercelana Kolor

11 Desember 2010   02:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:50 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12920351411711525768

[caption id="attachment_79423" align="alignleft" width="300" caption="Pekerja sebuah pabrik plywood di Serawak, Malaysia yang minta dipulangkan ke Indonesia melalui Kalimantan Barat karena ketidaksesuaian upah dengan janji. (Kompas/A Handoko)"][/caption]

Cerita pilu tenaga migran asal Indonesia di luar negeri tak ada habis-habisnya. Hanya beberapa kasus saja yang terpublikasikan dan segera saja membuat kita semua marah atas perlakuan kejam majikan seperti pada kasus yang menimpa Sumiati belum lama ini. Di luar kasus yang terpublikasi, masih sangat banyak kasus lain yang sunyi dari hiruk pikuk pemberitaan.

Tak perlu jauh-jauh ke Timur Tengah, cerita duka juga sering menimpa pekerja migran Indonesia di Malaysia, negara yang satu daratan dengan Indonesia di Pulau Kalimantan. Selain penganiayaan fisik, tak jarang pula pekerja migran Indonesia mengalami penganiayaan secara psikologis.

Temuan Robert Nusanto, Kepala Badan Pengelola Perbatasan dan Kerja Sama Kalimantan Barat kala menjadi Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar mempertegas adanya penganiayaan secara psikologis itu.

Kasus ini terutama sering menimpa pekerja di perkebunan kelapa sawit. "Saya beberapa kali mendapati warga Indonesia yang keluar dari Serawak hanya bercelana kolor tanpa membawa uang sama sekali padahal sudah beberapa bulan bekerja," kata Nusanto.

Setelah ditelusuri, para pekerja itu ternyata lari dari tempat kerja mereka karena ada operasi dari petugas keamanan setempat. Kendati sudah ada moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia sejak 2007, nyatanya setiap tahun masih ada ribuan TKI yang masuk ke Serawak melalui Kalimantan Barat. Tentu, status mereka kemudian menjadi TKI ilegal.

Apa para TKI itu sengaja melanggar hukum? Tidak! Setidaknya ada dua alasan kenapa mereka menjadi TKI ilegal ke Malaysia. Pertama, ketidaktahuan para TKI yang sudah putus asa mencari kerja di Indonesia. Kedua, kesengajaan perekrut TKI.

Alasan kedua inilah yang belakangan diketahui sering menjadi modus pilihan para pemilik perkebunan di negara tetangga itu bersama para perekrut TKI.

Apa pertimbangan mereka? Dengan merekrut TKI ilegal, perusahaan perkebunan mendapatkan keuntungan karena bisa menekan TKI. Ini misalnya dilakukan dengan menahan gaji TKI dan berjanji akan membayarnya menjelang akhir masa kontrak, biasanya setahun.

Jadi, menjelang berakhirnya masa kontrak, oknum pengusaha itu memberitahu petugas keamanan bahwa di perkebunannya ada TKI ilegal. Saat operasi penertiban berlangsung, para TKI biasanya hanya punya dua pilihan: bertahan menunggu gaji dengan resiko tertangkap, atau pulang dengan tangan kosong.

Dan, tak sedikit TKI yang memilih lari ketika operasi terjadi, bahkan saat mereka hanya mengenakan celana kolor sekalipun. Bagi para TKI ini, cerita soal perlakuan buruk terhadap TKI yang ditangkap tak ingin mereka alami sendiri. Akhirnya, mereka benar-benar memilih lari dan kembali ke tanah air hanya bercelana kolor, benar-benar bercelana kolor dan tangan kosong. Sungguh memprihatinkan.

Minimnya lapangan kerja di Indonesia telah memaksa para TKI itu mengambil pilihan pahit. Pertanyaannya kemudian di mana dan dalam bentuk apa negara hadir bagi para TKI itu? Apakah hanya dalam bentuk celana kolor? Entahlah…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun