Mohon tunggu...
Agustinus Daniel
Agustinus Daniel Mohon Tunggu... -

Credo ut Intelligam - Aku percaya maka aku mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Heterodoksi, Konsili Vatikan II, dan Kutukan Rasul Paulus (bagian 2)

28 September 2015   11:18 Diperbarui: 28 September 2015   11:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Arianisme juga muncul dengan pola ini. Gagasan ini ditawarkan sebagai cara baru untuk memahami Kristus. Ketuhanan Yesus yang diajarkan sejak jaman para rasul dianggap tidak bisa dipertahankan lagi dan mulai digantikan oleh gagasan arianisme yang 'lebih cocok' dengan akal sehat. Gagasan arianisme begitu memikat sebagian besar uskup. Hanya Athanasius yang dengan gigih setia mempertahankan ajaran tradisional Gereja yang sejak awal sudah diajarkan para rasul. Konsili Nicea membuat Gereja kembali pada ajaran tradisionalnya dan menolak arianisme.

Gagal dengan arianisme, upaya penyesatan tidak lantas berhenti. Pada abad ke-enam, gagasan arianisme muncul kembali dalam bungkus baru: Islam. Muhamad, nabi Islam, berhasil diyakinkan bahwa kitab-kitab suci sebelumnya sudah rusak dan dipalsukan sehingga dia percaya pada ajaran baru. Itulah Islam, yang menyebarkan paham ketuhanan dengan semangat tauhid mutlak dan menolak paham trinitas. Polanya sama, Islam muncul sebagai gagasan baru yang menarik, lebih sesuai dengan akal manusiawi, dan berbeda dari ajaran sebelumnya yang dianggap sudah 'rusak atau dipalsukan'.

Protestan juga muncul dengan pola ini. Memanfaatkan kebobrokan hirarki pada waktu itu, Martin Luther terpikat gagasan bahwa ajaran Gereja salah. Hilangnya kepercayaan pada kebenaran absolut (ajaran Gereja yang infalibel) membuat Martin Luther percaya pada kebenaran hasil kreasinya sendiri, gagasan bidaah baru yang menarik hati banyak orang: sola scriptura - sola fide - sola gratia.

Demikian juga dengan bidaah modernisme yang berakar dari pemikiran humanisme sekuler, relativisme dan rasionalitas yang mulai muncul di abad pencerahan. Gagasan ini masuk dengan memanfaatkan daya tarik penemuan-penemuan baru dibidang sains dan perkembangan ilmu-ilmu humaniora modern. Paham ini tidak sepenuhnya menolak kebenaran Sabda Tuhan, melainkan dengan dalih kemajuan ilmiah paham ini secara efektif melemahkan pesan-pesan supranatural yang ada di dalam ajaran Gereja dan menggantikannya dengan pemahaman manusiawi yahg rasional dan natural. Paus Pius X menyebut modernisme adalah 'sintesis dari seluruh bidaah'.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun