Mohon tunggu...
Agustinus Daniel
Agustinus Daniel Mohon Tunggu... -

Credo ut Intelligam - Aku percaya maka aku mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meditasi Yesus #3 - Doa Batin Dalam Tradisi Gereja Timur Dan Barat

23 Juli 2015   11:38 Diperbarui: 23 Juli 2015   11:38 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hesychasme dan Doa Yesus dari tradisi spiritual Gereja Timur

Jika kita menggali tradisi sejarah Gereja, semangat untuk bertemu Tuhan dalam keheningan ini sebenarnya sudah mengakar sejak awal sejarah Gereja. Proses pencarian spiritual tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan Gereja. Kisah-kisah heroik para bapa padang gurun dalam mencari Tuhan di keheningan, sebagaimana yang terjadi pada abad-abad awal Kekristenan, bisa menjadi inspirasi betapa berharganya keheningan untuk membangun kehidupan doa yang penuh kuasa rohani.

St. Antonius Yang Agung Dan St. Paulus Pertapa Pertama, yang sudah saya bagikan penggalan kisahnya dalam tulisan sebelumnya, adalah dua tokoh yang paling berpengaruh dan menjadi pelopor hidup monastik atau bertapa dalam sejarah Gereja. Kedua orang suci ini menjadi sumber inspirasi bagaimana keheningan dan semangat penyangkalan diri, untuk berdoa dan mengikuti Kristus, menjadi jalan untuk menuju kesempurnaan hidup yang dipenuhi roh. Semangat ini kemudian ikut mempengaruhi gerakan spiritual hesychasme yang tumbuh subur di Gereja Timur di abad-abad berikutnya.

Lalu apa itu hesychasme?

Hesychasme berasal dari kata hesychia yang dalam bahasa Yunani kurang lebih berarti ‘hening’. Hesychasme adalah sebuah metode spiritual yang berkembang pesat di Gereja Katolik ritus timur sejak abad ke-4 dan kemudian berkembang di Gereja Ortodoks / Byzantin sampai sekarang.

Istilah hesychasme sudah mulai dikenal sejak masa St. Yohanes Krysostomus dan bapa-bapa Kapadokia. Istilah ini juga muncul dalam tulisan-tulisan tentang kehidupan asketik Kristen yang berasal dari Mesir sebagaimana ditulis oleh Evagrius Pontikos (345 - 399). Selain itu hesychasme secara sistematis juga dibahas dalam buku-buku mistik Kristen Timur klasik, “Tangga Pendakian Ilahi” karya St. Yohanes dari Sinai (523 -603) dan buku Philokalia yang merupakan kumpulan tulisan para pertapa sejak abad ke-4 sampai ke-15.

Hesychasme merujuk pada metoda doa yang dilakukan dengan mengupayakan keheningan sebagaimana terinspirasi oleh ajaran Tuhan Yesus tentang cara berdoa:

“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.“ (Mat.6:6)

Dalam hesychasme ayat tersebut diartikan sebagai perlunya upaya menutup atau membatasi indera, termasuk juga upaya untuk memfokuskan pikiran secara total pada doa, sehingga jiwa kita mendapatkan keheningan dan terbebas dari segala bentuk gangguan luar saat kita berdoa kepada Tuhan.

Oleh para pertapa padang gurun prinsip hesychasme ini kemudian diaplikasikan dalam bentuk doa sederhana berulang-ulang, yang diselaraskan dengan irama pernafasan. Doa sederhana ini kemudian didaraskan terus-menerus dalam mengisi hari-hari kehidupan asketik mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun