Maka dari itu pengendalian populasi dengan strategi keluarga berencana (birth-control)tidak lagi cukup. Selain penyebaran masif peralatan kontrasepsi, aborsi mulai dilegalkan dimana-mana. Pernikahan sesama jenis juga mengikuti tren yang sama. Konon ada sebuah wacana yang mengusulkan perlunya ijin bagi pasangan yang ingin punya anak, Dan bukan tidak mungkin ada juga strategi-strategi jahat yang rahasia seperti virus mematikan yang 'tidak sengaja' terlepas dari laboratorium dan menyebar serta membunuh jutaan manusia. Itulah kultur kematianyang terjadi di dalam peradaban manusia dewasa ini. Kelihatannya solusi mengerikan itu seperti tak terhindarkan.
Semua itu adalah upaya-upaya manusia untuk mewujudkan visi peradaban dangkal versi 'Club of Rome'. Tapi apakah tidak ada visi peradaban lain yang lebih baik dari itu? Betapa ironis, manusia yang seharusnya merupakan spesies terunggul, satu-satunya spesies di muka bumi yang mampu membangun peradaban kini harus berjuang sekedar untuk tetap eksis.
Visi Peradaban Universal
Saya percaya seharusnya ada visi peradaban yang lebih baik dari sekedar mempertahankan eksistensi. Hal ini sangat mungkin kalau saja kita percaya bahwa manusia adalah imago dei, yaitu ciptaan terunggul yang diciptakan Tuhan serupa dengan gambar-Nya sendiri. Jika demikian tidakkah Dia juga akan menyediakan habitat yang layak bagi manusia? Tuhan yang mampu menciptakan jutaan bintang dan planet-planet yang begitu menakjubkan pastilah mampu menghadirkan habitat semacam itu.
Dengan cara berpikir demikian visi peradaban umat manusia tidak hanya sekedar mempertahankan eksistensi tapi diarahkan menuju sebuah peradaban paling puncak yang mungkin bisa dipikirkan akal budi manusia. Yaitu ketika manusia yang adalah citra Allahpada akhirnya hidup dalam habitat yang adalah citra surga. Apa ada yang lebih baik dari itu?
Inilah visi peradaban yang disediakan Tuhan bagi manusia, Sebuah visi yang tersembunyi dalam doa luar biasa yang dua abad lalu diajarkan Yesus kepada murid-Nya:
Datanglkah Kerajaan-Mu
Jadilah kehendak-Mu
Di atas bumi seperti di dalam surga
Ini sebuah visi peradaban yang luar biasa! Tidak ada yang lebih baik, lebih indah, dan lebih optimis dari visi peradaban ini. Lalu mengapa manusia lebih memilih percaya pada visi peradaban suram gagasan manusia dan meninggalkan visi peradaban gilang-gemilang yang diberikan Tuhan Sang Pencipta?
Pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah manusia bisa mewujudkan peradaban puncak tersebut? Jawabannya: tidak bisa! Manusia tidak tahu seperti apa peradaban surgawi, yang tahu hanya Tuhan. Maka peradaban puncak itu menurut saya bukan sesuatu yang bisa diwujudkan oleh upaya manusia melainkan merupakan anugerah Tuhan. Yang bisa dilakukan manusia adalah mempersiapkan kedatangannya, yaitu dengan cara hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hanya dengan cara demikian segala sesuatu di dunia ini akan menjadi semakin baik.
As simple as that!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H