Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Scibere Scribendo: Seni Menulis dengan Menulis

25 Maret 2025   04:30 Diperbarui: 24 Maret 2025   19:53 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pentingnya membaca karya sastra untuk menyerap teknik secara alami: Membaca karya sastra tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga membantu penulis menyerap berbagai teknik penulisan secara alami. Melalui pembacaan, penulis dapat memahami bagaimana penulis lain membangun cerita, mengembangkan karakter, dan menggunakan bahasa. Seperti yang diungkapkan dalam artikel di Kompasiana, "Membaca karya sastra dapat mengolah imajinasi kita sebagai pembaca." Selain itu, membaca karya sastra juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terhadap berbagai hal, terutama pada isi yang terkandung dalam karya tersebut. Dengan demikian, membaca secara luas dapat memperkaya imajinasi dan keterampilan menulis seseorang.

Cara Memulai Menulis Tanpa Takut Salah  

Banyak penulis pemula merasa ragu untuk memulai karena takut tulisan mereka tidak sempurna. Mereka khawatir tulisannya buruk, tidak menarik, atau penuh kesalahan. Namun, jika terus berpikir seperti ini, mereka tidak akan pernah benar-benar menulis. Menulis adalah proses yang berkembang seiring waktu, dan tidak ada penulis hebat yang langsung menghasilkan karya sempurna dalam sekali coba.

Menulis draf pertama tanpa perfeksionisme: Langkah pertama untuk menjadi penulis adalah menulis draf pertama tanpa mengkhawatirkan kesempurnaan. Draf awal bukanlah hasil akhir, melainkan landasan yang akan diperbaiki kemudian. Seperti yang dikatakan Anne Lamott, dalam Bird by Bird: Some Instructions on Writing and Life (1994), "Hampir semua tulisan bagus dimulai dari upaya pertama yang buruk. Kamu perlu mulai dari suatu tempat."  Hal ini juga ditegaskan oleh Ernest Hemingway (1984) yang mengatakan, "Draf pertama dari apa pun selalu jelek." Kutipan ini mengingatkan kita bahwa setiap tulisan bisa diperbaiki, tetapi hanya jika kita benar-benar mulai menulis.

Menerima kesalahan sebagai bagian dari proses belajar: Kesalahan adalah bagian dari perkembangan seorang penulis. Bahkan penulis profesional pun masih mengalami revisi berkali-kali sebelum bukunya diterbitkan. Peter Elbow dalam Writing with Power: Techniques for Mastering the Writing Process (1981) menyatakan bahwa kesalahan dalam menulis justru membantu seseorang menemukan suara uniknya sendiri. Ia menekankan bahwa menulis adalah proses yang penuh eksperimen, dan dari kesalahan-kesalahan itulah kita belajar apa yang berhasil dan apa yang tidak.

Salah satu cara untuk lebih nyaman dengan kesalahan adalah mengubah cara pandang terhadapnya. Daripada melihat kesalahan sebagai kegagalan, anggaplah itu sebagai bagian dari latihan. Seperti halnya atlet yang terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya, penulis pun harus terus menulis untuk berkembang.

Bergabung dengan komunitas menulis untuk mendapatkan umpan balik:  Menulis bisa menjadi proses yang lebih menyenangkan jika dilakukan dalam lingkungan yang mendukung. Bergabung dengan komunitas menulis dapat membantu penulis pemula mendapatkan umpan balik yang konstruktif, berbagi pengalaman, dan tetap termotivasi untuk menulis secara konsisten. Menurut Donald M. Murray, dalam Writing to Learn (1984), "Menulis adalah tindakan sosial. Umpan balik dan tanggapan dari orang lain membantu penulis memperjelas pikirannya." Dengan kata lain, membaca karya orang lain dan menerima kritik yang membangun dapat mempercepat proses belajar seorang penulis.

Komunitas menulis juga bisa menjadi tempat untuk berbagi tantangan yang dihadapi dalam menulis, mendapatkan inspirasi, dan belajar dari pengalaman sesama penulis. Saat ini, komunitas menulis bisa ditemukan dengan mudah, baik secara langsung di kampus atau kota masing-masing maupun secara daring melalui forum dan media sosial.

Paparan di atas menunjukkan bahwa menulis adalah keterampilan yang berkembang dengan praktik, bukan sekadar teori. Seperti berenang, seseorang tidak akan mahir hanya dengan membaca buku: ia harus menceburkan diri ke dalam air dan belajar dari pengalaman langsung. Bagi mahasiswa yang ingin menulis cerpen atau novel, jangan ragu untuk segera memulai. Tuliskan ide-ide yang ada, biarkan jemari menari di atas kertas atau keyboard, dan jangan khawatir jika hasilnya belum sempurna. Kesalahan adalah bagian dari proses, setiap kata yang ditulis membawa penulis selangkah lebih dekat ke kemahiran. Jadi, berhentilah menunggu momen yang sempurna, mulailah menulis sekarang juga! (*)

Merauke, 25 Maret 2025

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun