Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anugerah yang Tak Dapat Dipilih: Orang Tua dan Anak dalam Perspektif Ilahi

21 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 20 Januari 2025   19:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan, meskipun banyak hal yang dapat kita pilih, seperti pekerjaan atau pasangan hidup, ada satu hal yang berada di luar kendali kita, yaitu siapa yang menjadi orang tua dan anak kita. Hubungan ini bukan hasil keputusan manusia, melainkan anugerah ilahi dari Tuhan yang sarat dengan makna dan tanggung jawab. Kehadiran orang tua dan anak sering kali mencerminkan rencana Tuhan yang lebih besar, menjadi tempat untuk belajar, berkembang, dan memperkuat ikatan cinta kasih. Meskipun hubungan ini tidak selalu mudah, ia menyimpan pelajaran berharga yang dapat membentuk karakter kita. Artikel ini bertujuan untuk menggali makna hubungan orang tua dan anak sebagai karunia ilahi, mengajak kita untuk menerima dan menghargai peran kita dalam keluarga, serta memberikan inspirasi melalui sudut pandang spiritual tentang tujuan dan hikmah yang lebih dalam dari sekadar hubungan biologis.

Orang Tua dan Anak sebagai Anugerah Ilahi

Dalam kehidupan, terdapat aspek-aspek yang berada di luar kendali dan pilihan kita, salah satunya adalah hubungan antara orang tua dan anak. Ketidakterpilihan ini mencerminkan konsep bahwa beberapa elemen kehidupan ditentukan oleh kehendak ilahi, bukan oleh keputusan individu.

Konsep ketidakterpilihan dalam konteks hubungan keluarga menunjukkan bahwa individu tidak memiliki kuasa untuk memilih siapa yang menjadi orang tua atau anak mereka. Hal ini menegaskan bahwa ada aspek kehidupan yang ditentukan oleh kekuatan di luar diri manusia, yang dalam banyak tradisi dipahami sebagai kehendak Tuhan. Sebagai contoh, dalam ajaran Islam, anak dianggap sebagai amanah dari Allah kepada orang tua, yang harus dijaga dan dididik sesuai dengan petunjuk-Nya.

Banyak tradisi agama memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai bagian integral dari rencana ilahi. Dalam pandangan ini, Tuhan menetapkan hubungan keluarga untuk tujuan tertentu, seperti pendidikan moral, spiritual, dan pembentukan karakter. Sebagai contoh, dalam ajaran Kristen, orang tua dianggap sebagai wakil Tuhan dalam mendidik anak-anak mereka, dengan tanggung jawab untuk membimbing dan membentuk spiritualitas anak sesuai dengan kehendak ilahi.

Ide ini diperkuat oleh contoh dari ajaran agama atau nilai budaya. Dalam Islam, anak dipandang sebagai amanah dan anugerah dari Allah. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka sesuai dengan ajaran Islam, sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Ajaran Kristen menekankan bahwa anak-anak adalah titipan Tuhan. Orang tua memiliki misi khusus untuk membesarkan anak secara Kristiani, dengan menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral yang sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Dalam banyak budaya di Indonesia, keluarga dianggap sebagai unit dasar masyarakat yang sakral. Hubungan antara orang tua dan anak dihormati sebagai ikatan yang ditentukan oleh kehendak ilahi, dengan nilai-nilai seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, dan tanggung jawab bersama yang dijunjung tinggi.

Hikmah di Balik Ketidakterpilihan

Dalam kehidupan, hubungan antara orang tua dan anak adalah salah satu aspek yang tidak dapat kita pilih. Menerima hubungan ini apa adanya membawa berbagai pelajaran berharga yang dapat memperkaya kehidupan kita.

Pelajaran dari menerima orang tua dan anak apa adanya: Menerima orang tua dan anak tanpa syarat memungkinkan terciptanya ikatan yang kuat dalam keluarga. Menurut penelitian, kelekatan yang baik antara orang tua dan anak berkontribusi signifikan terhadap perkembangan moral anak. Anak yang memiliki kelekatan aman dengan orang tuanya cenderung berkembang lebih optimal dan menunjukkan perilaku positif.

Pentingnya rasa syukur atas setiap hubungan keluarga, terlepas dari kekurangan atau kelebihannya: Rasa syukur memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga. Penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara rasa syukur dan komitmen pernikahan pada istri yang bekerja. Semakin tinggi rasa syukur yang dimiliki, semakin tinggi pula komitmen dalam pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa mensyukuri setiap aspek dalam hubungan keluarga, meskipun terdapat kekurangan, dapat memperkuat ikatan dan komitmen antar anggota keluarga.

Melihat hubungan ini sebagai peluang untuk bertumbuh dan belajar: Hubungan antara orang tua dan anak menawarkan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk tumbuh dan belajar. Orang tua dapat belajar memahami perspektif anak, sementara anak belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan orang tua. Menerima perbedaan dan kekurangan masing-masing dengan rasa syukur dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan pribadi dan pengembangan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun