Profesor Surya tersenyum bangga. "Teruslah dengan semangat ini, Josefa. Anda sedang menggali potensi besar untuk pertanian berkelanjutan. Saya yakin Anda bisa mencapai banyak hal."
Josefa keluar dari ruang dosen dengan keyakinan baru dan rencana yang lebih terarah untuk mengembangkan inisiatifnya. Dia merasa lebih siap daripada sebelumnya untuk melanjutkan perjalanan menapaki jejak di Kimaam, membawa visi dan pengetahuannya untuk menggabungkan kearifan lokal dengan teknologi modern menjadi kenyataan.
Membaca Buku tentang Tradisi
Inilah saat yang menunjukkan perjalanan Josefa dalam memperdalam pemahamannya tentang kearifan lokal melalui literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan tradisi pertanian di Papua.
Josefa duduk di salah satu sudut perpustakaan IPB, buku-buku tentang pertanian tradisional Papua terbuka di mejanya. Sambil membaca dengan penuh konsentrasi, dia mulai merenungkan betapa pentingnya pengetahuan ini bagi misinya di Kampung Tabonji.
Profesor Ani, seorang ahli antropologi pertanian yang sering berdiskusi dengan Josefa, menghampiri mejanya. "Josefa, sepertinya kamu tengah sangat serius dengan penelitianmu. Apa yang kamu temukan dari literatur tersebut?" tanyanya ramah.
Josefa mengangkat kepala dan tersenyum. "Ini menakjubkan, Profesor Ani. Saya menemukan bahwa praktik pertanian tradisional di Papua tidak hanya berfungsi untuk produktivitas tanaman, tetapi juga sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan lingkungan," paparnya antusias.
Profesor Ani mengangguk setuju. "Benar sekali. Masyarakat Papua memiliki cara tersendiri dalam mengelola tanah dan sumber daya alam yang terbukti efektif selama berabad-abad. Bagaimana kamu merencanakan untuk mengaplikasikan penemuan ini di lapangan?"
Josefa menjelaskan rencananya untuk mengadakan sesi pelatihan dan demonstrasi lapangan di Kampung Tabonji, di mana dia akan berbagi pengetahuan yang dia dapatkan dengan para petani setempat. "Saya ingin mereka melihat bahwa teknologi modern bisa diintegrasikan dengan cara mereka sendiri tanpa kehilangan nilai-nilai budaya yang ada," tambahnya.
Diskusi mereka berlanjut, dengan Profesor Ani memberikan masukan berharga tentang bagaimana Josefa dapat lebih menghubungkan teori dengan praktik lapangan. Mereka berbicara tentang strategi komunikasi untuk memastikan bahwa pendekatan Josefa tidak hanya diterima tetapi juga diterapkan secara efektif oleh masyarakat setempat.
Setelah diskusi panjang, Josefa kembali fokus pada buku-buku di mejanya, mencatat ide-ide baru dan membuat catatan untuk rencana tindakan selanjutnya. "Terima kasih, Profesor Ani. Diskusi ini sangat membantu saya untuk mengarahkan langkah-langkah selanjutnya," ucap Josefa dengan penuh apresiasi.