Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 81-82

1 Januari 2025   04:20 Diperbarui: 31 Desember 2024   20:41 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Refleksi Pribadi

Malam itu, Josefa duduk di sudut kamarnya di asrama IPB. Cahaya kecil dari lampu meja menyinari wajahnya yang dipenuhi pemikiran dalam. Inilah yang menjadi momen penting dalam perjalanan batinnya, di mana Josefa merenung tentang semua yang telah dia alami dan pelajari dalam usahanya menggabungkan tradisi dan inovasi.

Tiba-tiba, pintu kamarnya berderit ketika Teguh masuk dengan wajah penuh semangat. "Josefa, apa kabar? Sedang memikirkan apa di malam yang tenang seperti ini?" sapa Teguh sambil duduk di kursi di seberang meja Josefa.

Josefa tersenyum. "Hai, Teguh. Aku sedang merenungkan perjalanan panjang ini, menggabungkan ilmu yang aku dapat di sini dengan nilai-nilai tradisional dari kampung halamanku."

Teguh mengangguk, mengerti. "Percayalah, Se, perjalanan ini tidak mudah. Tetapi setiap langkah yang kamu ambil akan membawa kita lebih dekat ke arah yang benar."

Josefa mengangguk, menatap jendela kamarnya yang menampilkan langit malam yang tenang. "Aku merasa terbagi antara dua dunia yang berbeda, Teguh. Kadang-kadang sulit untuk menemukan titik tengah."

Teguh mengangguk setuju. "Aku paham perasaanmu. Tapi ingat, mungkin tidak ada kebenaran tunggal dalam hal ini. Yang penting adalah bagaimana kita memanfaatkan pengetahuan kita untuk mencapai tujuan yang baik."

Josefa menghela nafas lega. "Terima kasih, Teguh. Kau selalu memberi perspektif yang berharga."

Mereka melanjutkan diskusi panjang tentang tantangan dan harapan Josefa dalam menemukan keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Suasana di kamarnya menjadi hangat dengan energi positif dari percakapan mereka, memancarkan semangat untuk terus maju.

Ketika malam berlalu dan mentari mulai muncul di ufuk timur, Josefa merasa lebih siap dari sebelumnya untuk melangkah ke depan. Dia telah menemukan keyakinan baru dan semangat yang menggelora dalam dirinya. Dengan hati yang penuh harap, Josefa memandang masa depan dengan optimisme, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dalam perjalanannya menapaki jejak di Kimaam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun