Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Sang Juru Selamat: Pelajaran dari Lembu dan Keledai di Kandang Natal

25 Desember 2024   04:25 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Makna palungan sebagai simbol kesederhanaan dan kehadiran Kristus dalam kehidupan manusia. Palungan, tempat di mana Yesus pertama kali dibaringkan, memiliki makna simbolis yang mendalam. Dalam Admirabile Signum (2019), Paus Fransiskus menulis, "Palungan adalah simbol kemiskinan dan kerendahan hati Tuhan yang memilih untuk hadir dalam kesederhanaan." Palungan menggambarkan bagaimana Tuhan tidak memilih kemegahan dunia, tetapi justru datang kepada manusia melalui cara yang paling sederhana, menunjukkan solidaritas-Nya dengan mereka yang kecil, lemah, dan terpinggirkan. Kesederhanaan palungan menantang kita untuk melihat kehadiran Tuhan di tengah kehidupan yang biasa, dalam momen-momen kecil yang sering kali kita abaikan. Raymond E. Brown (1993) mengungkapkan bahwa Yesus yang lahir di palungan adalah tanda bahwa Allah hadir bahkan dalam situasi yang paling sederhana sekalipun, dan bahwa setiap manusia dipanggil untuk menerima kehadiran ini dengan hati yang terbuka.

Undangan untuk menerima Kristus dan menjadi anak-anak Allah. Yohanes 1:11-12 menawarkan kontras yang tajam: meskipun dunia menolak Kristus, setiap orang yang menerima-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Ini adalah undangan universal yang melampaui batas budaya, status sosial, dan latar belakang. Gerald O'Collins, dalam Christology: A Biblical, Historical, and Systematic Study of Jesus (2009), menekankan bahwa penerimaan Kristus bukan hanya pengakuan intelektual, tetapi juga sebuah transformasi hidup yang mencerminkan iman yang aktif dan penuh kasih. Sementara Paus Benediktus XVI dalam Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives (2012) menekankan bahwa menerima Kristus berarti membuka hati kepada terang ilahi, yang mampu mengubah kegelapan dunia menjadi harapan yang baru. Dalam konteks ini, lembu dan keledai menjadi simbol mereka yang dengan rendah hati menerima Kristus, sementara dunia yang sibuk dan teralienasi sering menjadi seperti "Israel yang tidak mengenal." Dengan menerima Kristus, kita bukan hanya mengenal Tuhan sebagai pemilik hidup kita, tetapi juga diangkat menjadi anak-anak Allah. Hal ini menuntut kita untuk hidup dengan penuh kasih, kerendahan hati, dan ketaatan, sebagaimana dicontohkan oleh lembu dan keledai. 

Akhirnya, kehadiran lembu dan keledai di kandang Natal melambangkan pengenalan, ketaatan, dan kesederhanaan yang diajarkan dalam Kitab Suci. Seperti yang dinubuatkan dalam Yesaya 1:3, kedua hewan ini mengenal pemilik dan palungan mereka, mengingatkan manusia untuk mengenali Tuhan meskipun sering terhalang oleh dosa dan kesibukan dunia. Kelahiran Yesus di palungan sederhana adalah undangan bagi semua orang untuk menerima-Nya sebagai Juru Selamat, sebagaimana ditegaskan dalam Yohanes 1:11-12 bahwa siapa pun yang menerima-Nya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah. Palungan menjadi simbol kasih Allah yang memberikan tempat bagi setiap orang tanpa memandang latar belakang, memanggil kita untuk mendekat dengan iman dan hati yang terbuka, menemukan keselamatan dan hidup baru di dalam Kristus. (*)

Merauke, 25 Desember 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun