Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Membaca dan menulis, kesukaanku. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Kesepian Menuju Kesendirian: Tantangan Spiritual di Usia Senja

3 Desember 2024   05:25 Diperbarui: 5 Desember 2024   22:19 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lansia | Freepik

Selain itu, doa bersama juga efektif untuk mengurangi rasa sepi, karena memberi kesempatan bagi lansia untuk merasakan kebersamaan dengan komunitas umat beriman. Dalam Injil (Mat 18:20), Yesus mengajarkan bahwa ketika dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah mereka, memberikan dukungan spiritual yang mempererat hubungan dengan Tuhan dan sesama.

Sakramen dan liturgi menjadi jantung kehidupan spiritual, terutama bagi lansia yang merasa sepi. Mengikuti misa dan menerima sakramen, seperti Ekaristi, memberi kesempatan untuk merasakan kehadiran Kristus dan kesatuan dengan seluruh umat. Paus Benediktus XVI dalam Sacramentum Caritatis (2007) menyebut Ekaristi sebagai "sumber dan puncak kehidupan Kristiani," yang memperkuat iman dan menghibur mereka yang sendirian. Sakramen Tobat juga membantu mengatasi kesepian dengan melepaskan beban emosional. Melalui pengakuan dosa dan absolusi, umat Katolik memperoleh pembaruan spiritual dan kedamaian batin, sehingga dapat merasakan kasih karunia Allah yang menyegarkan. Dengan demikian, iman akan kehadiran Tuhan yang setia menjadi landasan bagi orang Katolik dalam menghadapi kesepian. Mazmur 23:1 mengingatkan bahwa Tuhan selalu hadir sebagai gembala yang baik untuk membimbing dan menghibur umat-Nya, bahkan dalam saat-saat paling sunyi.

Ajaran Gereja menekankan bahwa kesepian dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Paus Yohanes Paulus II (2007) menyatakan bahwa penderitaan dapat membawa kita lebih dekat kepada salib Kristus. Sementara Santo Paulus dalam Roma 8:28 menegaskan bahwa segala sesuatu, termasuk kesepian, dapat bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, memperkuat iman, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Membangun Kesendirian yang Positif

Kesendirian pada usia lanjut bisa menjadi momen berharga untuk refleksi diri, merenungkan perjalanan hidup, mengevaluasi keputusan, dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan serta sesama. Dalam iman Katolik, refleksi di tengah kesendirian memungkinkan seseorang melihat ke dalam diri dengan jujur, mendengar suara hati, dan dipandu oleh Roh Kudus. Melalui kesendirian, lansia bisa mengkaji kebajikan yang sudah diperjuangkan dan kesalahan yang perlu diselaraskan dengan kehendak Tuhan. Kesadaran bahwa hubungan dengan Tuhan tetap kekal, meski dunia berubah, membawa kedamaian batin dan memperdalam kepercayaan. Kesendirian juga menjadi waktu ideal untuk kegiatan rohani yang memperkaya jiwa, seperti membaca Kitab Suci, meditasi, atau doa rosario. Kegiatan ini membuat kesendirian menjadi produktif, berkontribusi pada pertumbuhan spiritual, dan mengubah perasaan kosong menjadi penuh makna.

Membaca Kitab Suci membantu lansia menemukan hikmat dan penghiburan dari Firman Tuhan. Rasul Paulus menegaskan bahwa Firman Tuhan bermanfaat untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran, memberikan kekuatan batin dan penghiburan dalam kesendirian. Selain itu, meditasi rohani menjadi praktik yang menenangkan pikiran dan hati. Paus Fransiskus mendorong umat Katolik untuk menemukan kehendak Tuhan dalam keheningan, sehingga kesendirian bukan lagi waktu kosong, melainkan saat berharga untuk merasakan kehadiran Tuhan di tengah pergumulan hidup.

Partisipasi dalam pelayanan gereja atau komunitas juga bisa memberi makna bagi kesendirian. Lansia yang tergabung dalam kelompok doa atau pelayanan sosial tetap terhubung dengan sesama dan melayani Tuhan, sesuai ajaran Yesus bahwa melayani orang lain adalah melayani Dia. Dengan memanfaatkan kesendirian untuk refleksi spiritual, lansia mencapai kedamaian batin. Melalui doa, perawatan spiritual, dan penerimaan sakramen, kesendirian memberi mereka kesempatan untuk mendalami kasih Tuhan, menemukan makna baru dalam hidup, dan bersiap menghadapi transisi menuju kehidupan kekal.

Membangun kesendirian yang positif perlu didukung oleh komunitas umat beriman. Kehadiran dan keterlibatan pastor, dewan pastoral paroki, kaum muda, kelompok-kelompok kategorial dapat membawa berkat tersendiri bagi kaum lansia. Dukungan ini menunjukkan bahwa lansia tidak dilupakan, dan bahwa mereka masih menjadi bagian integral dari tubuh Kristus, sebagaimana ditekankan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 1992).

Mengubah Kesepian menjadi Momen Refleksi dan Kedekatan dengan Tuhan

Kesendirian yang dialami lansia, terutama setelah kehilangan atau berkurangnya interaksi sosial, bisa menjadi momen berharga untuk pertumbuhan rohani. Dalam tradisi Katolik, kesendirian bukanlah hal negatif; justru bisa menjadi peluang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Santo Paulus mengingatkan jemaat di Filipi (Flp 4:6-7) untuk menghadapi segala situasi, termasuk kesendirian, dengan doa dan ucapan syukur, yang menciptakan kesempatan untuk berserah kepada Tuhan. Para pakar spiritual menekankan pentingnya kesendirian sebagai waktu untuk introspeksi dan pencarian Tuhan. Thomas Merton dalam New Seeds of Contemplation (1961) menyebut kesunyian sebagai momen bagi jiwa untuk terbuka di hadapan Tuhan. Bagi lansia, kesendirian dapat diubah menjadi momen refleksi, memungkinkan mereka mengevaluasi kehidupan dan memperdalam hubungan dengan Tuhan melalui doa dan meditasi.

Gereja Katolik mengajak lansia menggunakan waktu kesendirian untuk mengevaluasi perjalanan hidup mereka. Dalam Katekismus Gereja Katolik, doa meditasi dilihat sebagai dialog dengan Tuhan, yang membantu individu memahami kasih Tuhan dalam hidup mereka. Kesempatan untuk refleksi ini memungkinkan lansia bertumbuh dalam iman dan menemukan makna dalam setiap pengalaman hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun