Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Great Teacher" sebagai Arsitek Kehidupan, Membentuk Masa Depan melalui Pembelajaran dan Kasih

25 November 2024   05:30 Diperbarui: 25 November 2024   07:28 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Term "great teacher" tampaknya belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia, namun dapat diartikan sebagai guru yang memiliki kualitas yang "sangat baik." Seorang great teacher memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari "good teacher" dan "excellent teacher," dengan peran yang jauh melampaui pengajaran akademis. Selain memastikan pemahaman siswa dan menginspirasi rasa ingin tahu, "great teacher" memberikan pendidikan yang menyentuh hati dan membentuk fondasi karakter serta nilai-nilai hidup siswa, membantu mereka berkembang secara pribadi dan sosial. Sebagai arsitek kehidupan, ia tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai moral yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia. Melalui pendidikan berbasis kasih, seorang "great teacher" melihat setiap siswa sebagai individu yang unik, memberikan perhatian penuh empati, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan aman, sehingga siswa merasa termotivasi untuk meraih potensi terbaik mereka serta menjadi pribadi yang tangguh dan peduli terhadap masyarakat di sekitarnya.

Apa yang Membuat Seorang Guru Menjadi Great Teacher?

Seorang "great teacher" adalah sosok yang tak hanya unggul dalam keilmuan, tetapi juga memiliki kapasitas unik untuk membimbing dan menginspirasi siswa secara holistik. Perannya melampaui sekadar menyampaikan pelajaran; ia adalah teladan, pembimbing, dan inspirasi bagi masa depan. Menurut John Hattie, dalam Visible Learning for Teachers (2012), "guru yang efektif adalah yang tahu bagaimana menggunakan pengetahuannya untuk membantu siswa mencapai kesuksesan yang sebenarnya." Hal ini menekankan pentingnya guru yang mampu membangun hubungan yang mendalam dan bermakna dengan siswa, mewujudkan keahlian yang menyeluruh.

Kualitas dan kompetensi unik: Seorang "great teacher" membutuhkan keterampilan yang tidak hanya mencakup penguasaan materi, tetapi juga keterampilan sosial dan emosional. Ini penting karena guru berperan sebagai jembatan antara pengetahuan dan perkembangan pribadi siswa. Kompetensi unik lain yang diperlukan mencakup empati dan keterampilan mendengarkan, yaitu memahami bahwa setiap siswa adalah individu unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Selain itu, keterampilan manajemen kelas yang adatif, yakni memiliki fleksibilitas dalam mengelola kelas sangat penting agar dapat mengatasi dinamika yang kompleks dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan suportif. Menurut Lee S. Shulman, dalam Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching (1986), "great teachers" memiliki kemampuan tidak hanya memahami materi, tetapi juga menyampaikannya dengan cara yang mudah dipahami siswa. Dengan demikian, kualitas-kualitas ini menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan transformatif bagi siswa.

Kesediaan untuk terus belajar dan menginspirasi: Menjadi "great teacher" berarti terus-menerus belajar, beradaptasi, dan mencari cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan siswa yang terus berubah. Kesediaan untuk terus belajar tidak hanya melibatkan pembelajaran akademis, tetapi juga perkembangan pribadi dan moral seorang guru. Pendidikan adalah jalan yang terus berkembang, dan seorang "great teacher" memahami bahwa dengan belajar, ia dapat terus memberikan inspirasi dan dukungan yang sesuai untuk generasi baru. Menurut Parker J. Palmer dalam The Courage to Teach (1998), guru yang menginspirasi tak henti-hentinya menyalakan semangat belajar di dalam dirinya sendiri. Artinya, guru perlu memiliki kecintaan pada pengetahuan dan semangat untuk terus memperbarui pendekatannya demi perkembangan siswa.

Dampak Seorang Great Teacher terhadap Siswa dan Masyarakat

Seorang "great teacher" memiliki peran yang tidak hanya terbatas pada penyampaian materi pelajaran. Ia menjadi sosok yang membentuk karakter, memotivasi, dan membimbing siswa menjadi pribadi yang berpotensi serta berkontribusi pada masyarakat. Pendidikan yang dilaksanakan dengan penuh kasih dan ketulusan oleh seorang "great teacher" mampu menciptakan dampak yang mendalam dan abadi bagi siswa dan masyarakat.

Membentuk karakter dan moral siswa: Melalui teladan hidup dan nilai-nilai yang diajarkan, guru dapat menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Guru yang berperan sebagai pembimbing moral membantu siswa mengenali pentingnya nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas moral yang diajarkan guru akan tertanam dalam diri siswa dan terus dibawa hingga dewasa. Menurut Thomas Lickona, dalam Education for Character (1991), "guru yang efektif dalam pendidikan karakter adalah yang secara sadar berkomitmen untuk menanamkan nilai-nilai moral dalam setiap aspek pembelajaran." Pentingnya seorang guru sebagai teladan moral, karena siswa sering meniru nilai-nilai yang mereka lihat dan rasakan dari perilaku gurunya.

Menginspirasi dan menumbuhkan potensi siswa: Guru memotivasi siswa untuk menemukan minat dan bakat mereka, serta memberikan arahan yang membantu mereka mengembangkan kemampuan tersebut secara maksimal. Menurut Maria Montessori, dalam The Absorbent Mind (1949), "pendidikan seharusnya memupuk minat alami anak-anak dalam proses belajar, serta memberdayakan mereka untuk mengejar tujuan hidup mereka." Guru yang menginspirasi membantu siswa menemukan kepercayaan diri untuk mengejar cita-cita mereka, menciptakan rasa percaya diri dan ketekunan yang akan mengantarkan mereka pada kesuksesan. Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1970) menyebutkan pentingnya guru sebagai motivator. Menurutnya, "pendidikan sejati terjadi ketika guru menghargai dan memupuk aspirasi individu siswa." Pendekatan ini membangun semangat belajar yang mendalam dalam diri siswa dan membentuk rasa tanggung jawab terhadap masa depan mereka.

Kontribusi pada masyarakat yang lebih baik: Siswa yang diajar oleh guru yang penuh dedikasi ini akan tumbuh menjadi individu yang peduli, bertanggung jawab, dan sadar akan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan yang diberikan dengan tujuan membentuk pribadi yang utuh memiliki dampak yang abadi, menciptakan generasi yang siap untuk berkontribusi pada kesejahteraan sosial. Menurut Michael Fullan dalam Leading in a Culture of Change (2001), "guru yang inspiratif memiliki dampak yang lebih dari sekadar akademis; ia menginspirasi perubahan sosial yang berkelanjutan." Guru seperti ini mendorong siswa berpikir kritis dan peduli terhadap kondisi sosial di sekitarnya, sehingga bertumbuh menjadi individu yang berkontribusi bagi masyarakat.

Pembelajaran Berbasis Kasih: Inti dari Seorang Great Teacher

Seorang "great teacher" memahami bahwa pembelajaran yang efektif bukan hanya soal penyampaian materi, melainkan membangun hubungan yang bermakna dengan siswa. Kasih menjadi inti dari proses ini, memupuk kepercayaan, kenyamanan, dan rasa aman yang memungkinkan siswa berkembang dengan optimal. Seperti yang disampaikan dalam ajaran Gereja Katolik, pendidikan harus berakar pada kasih, yang memungkinkan guru melihat siswa sebagai pribadi yang utuh dengan martabat yang tidak dapat dikompromikan.

Kasih sebagai landasan pembelajaran dan pendekatan ke siswa: Kasih mendorong guru untuk mengenali kebutuhan, kekuatan, dan tantangan unik setiap siswa, serta mengembangkan cara-cara untuk mendukung mereka secara individual. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan motivasi siswa, tetapi juga memperkuat hubungan emosional antara guru dan siswa. Paus Yohanes Paulus II dalam Laborem Exercens (1981) menyatakan bahwa setiap individu berharga dan harus diperlakukan dengan penghormatan yang tulus. Dalam konteks pendidikan, kasih ini diwujudkan melalui kesabaran, pengertian, dan kepedulian yang diberikan oleh guru.

Membangun kepercayaan dan kenyamanan:  Kasih dalam pendidikan melibatkan upaya aktif dari seorang "great teacher" untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan penuh kepercayaan. Siswa yang merasa diterima dan didukung akan lebih mudah membuka diri, baik dalam menyampaikan pendapat maupun menghadapi tantangan akademis dan sosial. Sebuah lingkungan pembelajaran yang nyaman akan membuat siswa merasa aman dari tekanan dan ketakutan, memungkinkan mereka lebih leluasa mengekspresikan diri dan bereksperimen. Guru tidak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi juga figur yang melindungi dan membimbing siswa dalam perjalanan pendidikan mereka. Michael Fullan dalam The Moral Imperative of School Leadership (2003) mengatakan bahwa great teacher mampu menciptakan iklim saling percaya antara guru dan siswa. Siswa yang memiliki hubungan kepercayaan dengan guru akan merasa didukung dan lebih siap menghadapi proses belajar. Guru yang mampu membangun rasa aman bagi siswa menciptakan iklim yang memungkinkan siswa bebas mengeksplorasi potensi mereka tanpa takut gagal atau dihukum atas kesalahan kecil. Selain itu, kasih yang diwujudkan dalam bentuk rasa aman, perhatian, dan pengertian dari guru akan menciptakan siswa yang terbuka, penuh rasa percaya diri, dan lebih siap menghadapi tantangan dalam pembelajaran serta kehidupan.

Tantangan Menjadi Seorang Great Teacher

Menjadi seorang "great teacher" tidak hanya menuntut kompetensi, kasih, dan dedikasi, tetapi juga membutuhkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan di lingkungan pendidikan. Di tengah kurikulum yang ketat, tekanan administratif, dan dinamika sosial yang kompleks, guru harus mampu menghadapi kesulitan dan tetap termotivasi.

Tantangan dalam sistem pendidikan dan realitas sosial: Sistem pendidikan yang terstruktur secara ketat serta dinamika sosial yang semakin kompleks sering menyisakan ruang yang sempit bagi guru untuk melakukan pendekatan yang lebih personal atau kreatif. Birokrasi administratif yang berlebihan juga membuat guru lebih fokus pada tugas administratif dibandingkan pada kebutuhan individual siswa. Paulo Freire (1970) menyoroti bagaimana sistem pendidikan sering menjadi mekanisme yang "menindas" kreativitas dan kebebasan berpikir guru dan siswa. Tantangan utama seorang guru adalah menghadapi "struktur yang sering menghalangi terwujudnya pendidikan yang bebas dan penuh kasih." Hal ini mengindikasikan bahwa guru dihadapkan pada dilema: bagaimana menavigasi dan menyesuaikan tuntutan administratif dengan kebutuhan nyata siswa.

Mencari motivasi dan dukungan untuk terus berperan: Seorang "great teacher" harus mampu menemukan motivasi intrinsik dan mengandalkan dukungan dari rekan sejawat serta komunitas. Dalam menghadapi tantangan, banyak guru yang mencari inspirasi dari pengalaman pribadi atau dari dukungan komunitas yang memahami misi mereka. Michael Fullan dalam The New Meaning of Educational Change (2001) menekankan pentingnya budaya kolaboratif di lingkungan pendidikan. Menurutnya, "guru yang dikelilingi oleh komunitas yang mendukung cenderung memiliki motivasi dan energi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan pendidikan." Dengan berkolaborasi, guru dapat berbagi strategi, memberikan dukungan emosional, dan meningkatkan kemampuan profesional satu sama lain. Selain itu, dorongan untuk terus belajar menjadi motivasi penting. Guru yang memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat cenderung lebih mudah beradaptasi dengan perubahan, baik dalam kurikulum maupun dalam pendekatan mengajar.

Uraian di atas menunjukkan, seorang "great teacher" adalah panggilan yang membawa dampak tak terbatas, tertanam dalam karakter dan impian setiap murid, serta meninggalkan warisan yang membentuk pemikiran, nilai-nilai, dan keputusan yang memengaruhi keluarga, komunitas, hingga masyarakat luas. Tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, seorang "great teacher" menanamkan keberanian, empati, dan integritas, menciptakan generasi yang peduli dan bertanggung jawab. Dalam dunia yang terus berubah, keberlanjutan peran guru sejati semakin krusial, menjadi mata rantai inspiratif bagi generasi berikutnya. Bagi calon guru, tantangan besar untuk terus belajar, beradaptasi, dan memberikan yang terbaik tetap relevan. Pesan bagi para pendidik adalah untuk terus menginspirasi, menjadi pelita harapan, dan membangun jembatan masa depan yang lebih cerah, menjadikan profesi guru sebagai arsitek kehidupan yang abadi dan penuh makna. (*)

Merauke, 25 November 2024 (Hari Guru Nasional)

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun