Pengalaman di IPB tidak hanya mengasah kemampuan akademik Josefa, tetapi juga membentuk karakternya. Dia belajar tentang kemandirian, ketekunan, dan pentingnya menjaga komitmen terhadap apa yang dipercayainya. Josefa menyadari bahwa perjalanannya tidak hanya tentang mencapai gelar sarjana, tetapi juga tentang mewujudkan impian untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat di Kampung Tabonji.
Didimus memandang Josefa dengan kagum. "Kamu benar-benar inspirasiku, Josefa. Dengan semangatmu yang tak pernah padam, aku yakin kamu akan sukses."
Josefa tersenyum hangat. "Terima kasih, Didimus. Dukunganmu juga sangat berarti bagiku."
Di sudut hatinya, Josefa selalu mempertahankan cita-citanya untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan di kampung halamannya. Visi itu menjadi daya dorongnya setiap kali dia merasa lelah atau ragu. Dia yakin bahwa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dia peroleh di IPB, dia akan dapat menciptakan solusi yang menggabungkan kearifan lokal dengan teknologi modern, untuk kesejahteraan bersama.
Dengan tekad yang semakin kuat, Josefa siap menghadapi semua tantangan yang akan dihadapinya di masa depan. Dia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya dan komunitasnya. Semangatnya yang tak pernah padam menjadi inspirasi bagi teman-temannya di kampus dan masyarakat Papua pada umumnya, bahwa dengan tekad dan kerja keras, semua hal yang besar dapat dicapai.
Pengalaman Pertama di Kelas
Tahun 2022 membawa Josefa ke Bogor, kota hujan yang hijau subur dan bertabur kebun raya yang menakjubkan. Di Institut Pertanian Bogor (IPB), Josefa merasakan atmosfer ilmiah yang berbeda, jauh dari ladang-ladang ubi-ubi luas di Kampung Tabonji yang ia tinggalkan di Kimaam. Setiap langkahnya di kampus IPB menambah rasa takjubnya akan keanekaragaman ilmu pengetahuan pertanian modern.
Pada hari pertama kuliah, Josefa memasuki ruang kelas yang besar dengan meja-meja kayu rapi dan papan tulis berisi rumus-rumus kompleks. Di sana, ia bertemu dengan Teguh, seorang mahasiswa asal Semarang yang menjadi teman dekatnya di IPB.
"Hai, kamu pasti Josefa, kan? Aku Teguh," sapa Teguh sambil mengulurkan tangan.
"Iya, senang bertemu denganmu, Teguh," balas Josefa sambil tersenyum.
Teguh, dengan ketegasan dan pengetahuannya yang luas, menjadi mentornya dalam memahami teori-teori pertanian modern.