Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Menapak Jejak di Kimaam, Episode 55-56

24 November 2024   06:10 Diperbarui: 24 November 2024   06:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Tekad yang Semakin Kuat

Josefa duduk sendirian di perpustakaan kampus IPB, buku-buku tebal tentang pertanian modern terbuka di meja di depannya. Suasana perpustakaan yang tenang dan penuh dengan aroma buku-buku lama memberinya waktu untuk merenung. Dia memandang keluar jendela, memikirkan perjalanan panjangnya sejak pertama kali terinspirasi oleh ubi-ubi besar di Kampung Tabonji hingga sekarang, di kota Bogor yang asing baginya.

Di tengah kesibukannya belajar dan menghadapi tugas-tugas kuliah yang menumpuk, Josefa merasakan tekadnya semakin menguat. Setiap hari, dia menyerap ilmu pengetahuan baru tentang teknik bercocok tanam, pemuliaan tanaman, dan penggunaan teknologi dalam pertanian. Meskipun terkadang merasa tertekan dengan tingginya standar akademik di IPB, Josefa tidak pernah menyerah.

"Josefa, kamu masih di sini?" Suara Didimus, sahabatnya, membuyarkan lamunannya.

"Iya, Didimus. Aku sedang menyelesaikan tugas tentang teknik irigasi," jawab Josefa sambil tersenyum lelah.

"Jangan terlalu memaksakan diri. Istirahatlah sebentar," Didimus menasihati sambil duduk di sebelahnya. "Kamu sudah bekerja keras. Ingat, kesehatanmu juga penting."

Josefa mengangguk. "Terima kasih, Didimus. Kadang aku merasa terlalu terbebani dengan semua ini, tapi aku harus kuat. Aku punya mimpi besar untuk kampung kita."

Didimus tersenyum penuh pengertian. "Aku tahu itu. Dan kami semua bangga padamu. Ingat, kamu tidak sendirian. Kami semua mendukungmu."

Setiap kali merasa lelah atau putus asa, Josefa mengingat panggilan video dari ibunya yang penuh dengan dukungan, pesan singkat dari ayahnya yang menguatkan semangat, dan paket-paket makanan khas dari kampung halamannya yang dikirimkan oleh saudara-saudaranya. Semua itu menjadi pendorong yang membangkitkan semangatnya untuk terus maju.

"Mama selalu bilang bahwa keberhasilan itu tidak pernah datang tanpa usaha yang keras," kata Josefa sambil membuka salah satu pesan dari ibunya di ponsel. "Dan aku ingin membuktikan bahwa aku bisa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun