"Iya, Nak. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri," jawab Ayahnya penuh keyakinan.
Sebagai seorang mahasiswa baru, dia dihadapkan pada proses orientasi yang mengenalkannya pada struktur akademis IPB serta kehidupan kampus secara umum.
"Saya harus menghadiri seminar ini dulu, Ayah, Ma. Sampai nanti!" pamit Josefa.
Selama beberapa minggu pertama, Josefa merasa sedikit terombang-ambing dalam penyesuaian dengan lingkungan baru dan tuntutan akademis yang lebih kompleks.
"Susah ya, Ng. Saya sedang beradaptasi dengan perkuliahan di sini," curhat Josefa pada Didimus lewat telepon.
"Tetap semangat, Jose! Kamu pasti bisa," jawab Didimus memberi semangat.
Namun, semangatnya untuk belajar dan mengejar pengetahuan tidak pernah padam. Dia aktif mengikuti berbagai kuliah, seminar, dan workshop yang relevan dengan bidang pertanian dan ilmu pengetahuan lingkungan.
"Kuliah ini sangat menantang, Teguh. Kita harus terus belajar bersama," ujar Josefa pada Teguh dalam diskusi kelompok.
Kesibukan di IPB tidak membuat Josefa melupakan akar budayanya di Kampung Tabonji. Setiap malam, dia meluangkan waktu untuk merenungkan kehidupan di kampung halamannya dan bagaimana ilmu yang dia pelajari di Bogor dapat diterapkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakatnya.
"Kangen juga ya, Ma. Tapi saya harus fokus di sini dulu," ucap Josefa dalam telepon kepada ibunya.
Ini menjadi pendorong utama baginya untuk terus berjuang dan belajar.