Kedua, penting bagi pemimpin untuk senantiasa mengedepankan kerendahan hati dan kemauan untuk belajar. Perihal kerendahan hati dalam melayani, seperti dinyatakan oleh Gaudium et Spes (1965), bahwa "pemimpin harus menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan senantiasa berusaha menjadi pelayan yang rendah hati bagi semua." Pemimpin yang rendah hati akan lebih mudah menghadapi tekanan politik tanpa merasa harus menggunakan cara-cara tidak etis demi mempertahankan kekuasaan.
Ketiga, pemimpin dapat membangun sistem pendukung yang terdiri atas rekan atau penasihat yang memiliki integritas tinggi. Orang-orang dalam lingkaran terdekat ini dapat menjadi pengingat dan pendukung untuk tetap berada pada jalan yang benar. Dengan lingkungan yang mendorong integritas, seorang pemimpin memiliki dukungan moral yang kuat untuk menghadapi segala jenis tekanan politik yang mungkin muncul.
Pembahasan di atas menunjukkan, kepemimpinan yang mengutamakan kebaikan dan integritas menjadi semakin penting dalam dunia politik yang dinamis dan kompetitif, karena hal ini tidak hanya menjaga citra pemimpin, tetapi juga mendukung stabilitas sosial, memperkuat rasa saling percaya, dan menginspirasi perilaku positif di masyarakat. Pemimpin yang tidak menjatuhkan lawan menunjukkan keteladanan dengan kedewasaan dan nilai-nilai moral yang kuat, sehingga kredibilitasnya di mata publik semakin kokoh. Karena itu, dukungan bagi pemimpin yang mengedepankan empati, transparansi, dan penghargaan terhadap perbedaan menjadi sangat penting agar tercipta iklim politik yang harmonis, kondusif, dan penuh solidaritas untuk kemajuan bersama. (*)
Merauke, 12 November 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H