Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Kepemimpinan) Harmoni dalam Terang, Mendukung Cahaya yang Hampir Padam

9 November 2024   06:05 Diperbarui: 9 November 2024   06:28 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menghindari kompetisi yang merugikan: Kompetisi dapat membawa dampak positif jika dijalankan dengan sehat, namun dalam lingkungan yang bersifat kooperatif, kompetisi yang berlebihan dapat merugikan semangat kebersamaan. Kompetisi yang merugikan cenderung memicu persaingan yang tidak sehat, sehingga menimbulkan rasa iri dan memadamkan potensi sinar orang lain. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa tujuan utama dari kepemimpinan bukanlah untuk mendominasi, tetapi untuk mendukung pertumbuhan bersama. Simon Sinek, dalam Leaders Eat Last: Why Some Teams Pull Together and Others Don't (2014), menggarisbawahi pentingnya menghindari pola pikir yang bersifat kompetitif dalam kepemimpinan. Sinek menyatakan, " Kepemimpinan bukan hanya tentang memegang kendali. Kepemimpinan adalah tentang menjaga mereka yang berada di bawah tanggung jawab kita." Para pemimpin diajak untuk mengalihkan fokus mereka dari "memenangkan" persaingan menuju mengasuh dan menjaga timnya agar semua anggotanya dapat berkembang dan berkontribusi maksimal. Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti (2020) menyatakan bahwa "solidaritas berarti lebih dari sekadar terlibat dalam tindakan kedermawanan yang sporadis. Hal ini berarti berpikir dan bertindak dalam kerangka komunitas." Dengan prinsip ini, pemimpin diajak untuk melihat sesamanya sebagai saudara, bukan pesaing, dan memupuk lingkungan yang mendorong pertumbuhan kolektif daripada persaingan.

Uraian di atas menunjukkan, menjadi terang adalah panggilan mulia yang menuntut kita tidak hanya bersinar untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan manfaat berkelanjutan bagi orang lain. Kepemimpinan yang berlandaskan harmoni dan dukungan berarti sinar kita tidak memadamkan cahaya orang lain, melainkan memperkuat sinar kolektif yang lebih besar. Hindari godaan untuk mengutamakan kepentingan sendiri atau menganggap remeh kontribusi orang lain. Dengan sikap rendah hati dan kemauan untuk memberdayakan, para pemimpin dapat menciptakan dampak positif yang bertahan lama, di mana setiap orang merasa dihargai dan siap memberikan kontribusi terbaik. Semoga setiap cahaya mendapat tempat untuk bersinar tanpa perlu merasa takut akan redup.

Merauke, 9 November 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun