Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 37-38

27 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 27 Oktober 2024   06:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

Reaksi Keluarga

Setelah pengumuman keputusannya untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), Josefa merasakan atmosfer yang tegang di rumahnya di Kampung Tabonji. Malam itu, di bawah cahaya remang-remang lampu minyak di ruang makan kayu, suasana menjadi hening setelah diskusi panjang dengan orang tuanya. Ayahnya duduk di ujung meja, menatap hampa ke arah jendela yang terbuka lebar. Ibu Josefa sibuk menghangatkan nasi dan sayuran rebus untuk makan malam.

"Bagaimana dengan Musamus, Nak?" tanya ayahnya akhirnya, suaranya merendah.

Josefa menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Ayah, saya tahu kedua orang tua ingin saya kuliah di sini. Tapi saya punya impian untuk mempelajari pertanian lebih dalam lagi di IPB."

Ibunya menoleh dari dapur, menatap Josefa dengan ekspresi campuran antara kekhawatiran dan pengertian. "Josefa, kamu harus paham, kami hanya ingin yang terbaik untukmu," ujarnya lembut.

Josefa mengangguk mengerti, "Saya tahu, Ibu. Tapi saya merasa ini kesempatan yang tidak boleh saya lewatkan."

Pertanyaan dan kekhawatiran dari kedua orang tuanya terus mengalir. Mereka mempertanyakan jarak, biaya, kesulitan belajar di kota besar, dan apakah Josefa mampu menghadapinya sendiri. Namun, Josefa dengan tekadnya menjelaskan setiap pertanyaan dengan penuh keyakinan. Dia menjelaskan tentang kemungkinan untuk mendapatkan pengalaman yang luas, akses pada teknologi pertanian terkini, dan harapannya untuk memberi kontribusi bagi kampung halamannya kelak.

Kedua orang tua itu masih merasa cemas, namun mereka juga merasakan kekuatan tekad yang membara dalam hati Josefa. Pada akhirnya, meskipun dengan berat hati, mereka merelakan Josefa untuk mengikuti mimpi dan menjalani perjalanannya sendiri.

Malam itu, ketika Josefa berbaring di tempat tidur sederhana di kamarnya yang bersih, dia merenungkan respons keluarganya. Meski sulit, dia merasa lega karena telah berani mengungkapkan keinginannya dengan jujur. Dalam hati kecilnya, Josefa bersyukur karena meskipun tantangan akan ada di depannya, ia tidak akan sendirian. Dukungan dan cinta dari keluarganya adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk memulai langkah baru ke dunia yang lebih luas dan penuh harapan.

Alasan untuk IPB 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun