Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Berkualitas? Refleksi di HUT Ke-79 RI dan Investasi untuk Masa Depan

17 Agustus 2024   06:10 Diperbarui: 17 Agustus 2024   08:34 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keterbatasan infrastruktur, sumber daya manusia, dan akses terhadap teknologi menjadi hambatan yang perlu diatasi. Selain itu, adanya resistensi terhadap perubahan dari beberapa pihak di lingkungan sekolah juga menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program ini.

Dampak dari program-program ini terhadap kualitas pendidikan sudah mulai terlihat, meskipun belum merata. Merdeka Belajar, misalnya, telah mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar, sementara Guru Penggerak telah meningkatkan kualitas kepemimpinan di sekolah. Infrastruktur yang lebih baik juga telah menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. Namun, dampak jangka panjang dari program-program ini masih perlu dievaluasi secara terus-menerus. Keberhasilannya tidak hanya diukur dari output jangka pendek, seperti nilai ujian atau tingkat kelulusan, tetapi juga dari seberapa jauh program-program ini dapat menciptakan lulusan yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Tantangan dalam Pemerataan Akses Pendidikan

Ketimpangan akses pendidikan di Indonesia mencakup perbedaan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan perdesaan, kurangnya akses terhadap teknologi pendidikan, serta diskriminasi gender dan sosial.

Sekolah di kota besar umumnya memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan akses kepada guru berkualitas, sementara sekolah di pedesaan kekurangan sumber daya dasar. Akses terhadap teknologi pendidikan juga terbatas di daerah perdesaan, memperlebar jurang perbedaan. Diskriminasi gender menghambat peluang pendidikan bagi anak perempuan, dan status ekonomi sering menentukan akses pendidikan berkualitas.

Faktor-faktor lain yang menghambat termasuk keterbatasan anggaran dan kurangnya tenaga pengajar berkualitas. Guru-guru yang berkualitas cenderung memilih untuk mengajar di kota-kota besar yang menawarkan fasilitas dan kompensasi yang lebih baik. 

Akibatnya, banyak sekolah di daerah terpencil yang harus puas dengan tenaga pengajar yang minim pengalaman dan keterampilan, yang tentu saja berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan. Selain itu, jarak tempuh sekolah yang jauh menyulitkan siswa di daerah pedesaan, mengakibatkan tingginya angka putus sekolah di beberapa daerah.

Dampak yang terjadi, antara lain kesenjangan sosial dan ekonomi, dan kualitas sumber daya manusia yang tidak merata. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan akses pendidikan yang terbatas cenderung mengalami kesulitan dalam meraih peluang ekonomi yang baik di masa depan. Selain itu, ketimpangan pendidikan berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang tidak merata di seluruh Indonesia. 

Daerah-daerah yang memiliki akses pendidikan yang lebih baik cenderung menghasilkan tenaga kerja yang lebih terampil dan kompetitif, sementara daerah yang tertinggal sering hanya mampu menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan yang rendah. Kondisi ini berpotensi menghambat perkembangan ekonomi nasional, karena tidak semua wilayah dapat berkontribusi secara optimal terhadap pertumbuhan ekonomi.

Solusi dan Rekomendasi

Peningkatan Anggaran: Pemerintah harus memastikan bahwa anggaran yang dialokasikan cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah terpencil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun