Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Guru Menjadi Teman: Bagaimana Merebut Hati Anak Muda di Era Digital?

8 Agustus 2024   05:30 Diperbarui: 8 Agustus 2024   07:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar bersama: Saat ini orang tua sering merasa tertinggal dalam hal teknologi dibandingkan dengan anak muda. Namun, ini bisa menjadi peluang untuk belajar bersama dan membangun hubungan yang lebih dekat.  Belajar bersama anak tentang teknologi dan minat mereka tidak hanya meningkatkan pemahaman orang tua tentang dunia anak muda, tetapi juga menciptakan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. Dengan terlibat aktif, orang tua menunjukkan bahwa mereka menghargai minat anak muda dan bersedia untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Memberikan Ruang dan Kepercayaan

Di era digital ini perlu dibangun komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak-anak muda. Namun, yang paling penting adalah memberi ruang dan kepercayaan kepada anak muda.

Memberikan kebebasan: Ini adalah penting dalam membantu anak muda untuk mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. Ketika anak diberikan kebebasan yang terkendali, mereka belajar untuk mengevaluasi pilihan, mempertimbangkan konsekuensi, dan merasakan hasil dari keputusan mereka. Jessica Lahey (2015), dalam The Gift of Failure: How the Best Parents Learn to Let Go So Their Children Can Succeed, menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan mereka sendiri, karena hal ini dapat mengembangkan ketahanan dan keterampilan pengambilan keputusan. Selain itu, kebebasan dalam pengambilan keputusan tidak berarti orang tua sepenuhnya melepaskan kontrol, tetapi tetap memberikan panduan dan batasan yang jelas sambil membiarkan anak mengeksplorasi pilihan mereka.

Memberikan tanggung jawab: Ini adalah cara efektif untuk mengajarkan kedewasaan dan rasa tanggung jawab kepada anak muda. Ketika anak diberi tanggung jawab, mereka belajar untuk mengatur waktu, menyelesaikan tugas, dan merasakan kebanggaan dari pencapaian mereka. Pengalaman ini juga membantu anak mengembangkan rasa memiliki dan memahami peran mereka dalam keluarga dan masyarakat.Tanggung jawab yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, mulai dari tugas-tugas sederhana di rumah hingga tanggung jawab yang lebih kompleks seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini tidak hanya membantu anak belajar keterampilan praktis, tetapi juga membangun karakter dan etika kerja yang kuat.

Menyediakan dukungan: Ini adalah elemen penting dalam perkembangan emosional dan psikologis anak muda. Dukungan ini mencakup memberikan dorongan, pengertian, dan cinta, tanpa mengikatnya pada keberhasilan atau kegagalan anak. Dukungan yang konsisten dan tanpa syarat menciptakan lingkungan sehingga anak merasa aman untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. Hal ini juga membantu anak mengembangkan kepercayaan diri dan keberanian untuk menghadapi tantangan hidup. Carol Dweck (2006), dalam Mindset: The New Psychology of Success, menekankan bahwa dukungan orang tua dalam mengadopsi growth mindset dapat mendorong anak untuk melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Dengan memberikan dukungan emosional yang kuat, orang tua dapat membantu anak muda merasa dihargai dan dicintai, terlepas dari apa yang mereka capai. Ini menciptakan ikatan keluarga yang lebih kuat dan memberikan dasar yang kokoh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara positif.

Penutup

Dalam menghadapi tantangan komunikasi dengan anak muda di era digital, orang tua dituntut untuk beradaptasi dan mengembangkan pendekatan baru yang lebih inklusif dan empatik. Mengubah peran dari sekadar guru menjadi teman memungkinkan orang tua menjalin hubungan yang lebih kuat dan bermakna dengan anak muda. Dengan menerapkan prinsip mendengarkan yang baik, menghormati privasi, menjadi teladan, dan belajar bersama, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang kondusif, sehingga anak merasa didengar, dihargai, dan didukung.

Selain itu, membangun komunikasi yang efektif melalui bahasa yang relevan, saling menghormati, dan menghabiskan waktu bersama dapat memperkuat ikatan keluarga. Memberikan ruang dan kepercayaan, baik melalui kebebasan pengambilan keputusan maupun tanggung jawab yang sesuai, mendorong anak untuk berkembang menjadi individu yang mandiri dan percaya diri.

Pada akhirnya, dukungan tanpa syarat dari orang tua adalah landasan yang memungkinkan anak untuk tumbuh secara optimal, menghadapi tantangan dengan kepala tegak, dan meraih keberhasilan dengan integritas. Melalui pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak muda untuk menemukan jati diri dan menavigasi dunia digital dengan bijak, menjadikan hubungan keluarga sebagai sumber kekuatan dan inspirasi yang tak ternilai. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun