Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghargai Komitmen: Mempertahankan Kesetiaan Suami Istri di Tengah Cobaan

20 Juli 2024   04:38 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perselingkuhan adalah bentuk pengkhianatan yang merusak kepercayaan dan cinta dalam pernikahan. Menurut Shirley Glass (2003), dalam Not Just Friends, perselingkuhan sering dimulai dari hubungan yang tampaknya tidak berbahaya, namun berkembang menjadi ikatan emosional dan fisik yang merusak pernikahan.

Pornografi juga menjadi ancaman serius bagi kesetiaan. Katekismus Gereja Katolik menyebutkan bahwa pornografi merendahkan martabat manusia dan merusak kemurnian hati, yang esensial dalam menjaga kesetiaan dan kasih dalam pernikahan (KGK, 2354).

Kurangnya komunikasi dan keintiman dalam hubungan suami istri. Komunikasi yang efektif dan keintiman emosional adalah kunci dalam menjaga hubungan pernikahan yang sehat dan bahagia. Namun, banyak pasangan yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan menjaga keintiman, yang pada akhirnya mengganggu kesetiaan dalam pernikahan. John Gottman (1999) menekankan bahwa kurangnya komunikasi adalah penyebab utama konflik dalam pernikahan. Pasangan yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik cenderung mengalami kesalahpahaman yang berujung pada ketidakpuasan dan ketidaksetiaan. Ajaran Gereja Katolik menekankan pentingnya komunikasi dalam pernikahan. Menurut Paus Yohanes Paulus II (1981), dialog yang terbuka dan jujur antara suami dan istri adalah dasar bagi keintiman dan kesetiaan dalam pernikahan.

Masalah keuangan, stres, dan konflik keluarga. Masalah sering menguji kesetiaan dalam pernikahan. Ketegangan finansial dapat memicu konflik dan memperburuk hubungan antara suami dan istri. Menurut Paus Benediktus XVI (2009), dalam Caritas in Veritate, krisis ekonomi tidak hanya memengaruhi kesejahteraan materi, tetapi juga stabilitas emosional dan spiritual dalam keluarga. Ketika pasangan menghadapi tekanan finansial, mereka perlu bekerja sama untuk mencari solusi, bukan saling menyalahkan.

Stres juga memainkan peran besar dalam mengganggu kesetiaan. Sue Johnson (2008), dalam Hold Me Tight, menyatakan bahwa stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menciptakan jarak emosional antara pasangan, mengurangi keintiman, dan membuka peluang bagi godaan eksternal.

Strategi Mempertahankan Kesetiaan di Tengah Cobaan

Memperkuat iman dan spiritualitas. Ini adalah langkah fundamental dalam mempertahankan kesetiaan dalam pernikahan Katolik. Pasangan yang berbagi kehidupan rohani cenderung lebih kuat dalam menghadapi cobaan. Menurut Paus Yohanes Paulus II (1981), keluarga adalah Gereja rumah tangga, tempat iman dipraktikkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ajaran Gereja Katolik menekankan pentingnya doa bersama, menghadiri misa secara rutin, dan menerima sakramen sebagai cara untuk memperkuat ikatan spiritual antara suami dan istri.

Meningkatkan komunikasi dan keintiman dalam hubungan suami istri. Komunikasi yang efektif dan keintiman emosional adalah kunci untuk menjaga kesetiaan dalam pernikahan. Pasangan harus terus bekerja untuk memperkuat komunikasi mereka. John Gottman (1999) menyatakan bahwa komunikasi yang terbuka dan jujur membantu pasangan untuk saling memahami dan mendukung. Teknik seperti mendengarkan aktif, berbicara dari hati, dan mengungkapkan perasaan secara jujur dapat meningkatkan keintiman emosional. Ajaran Gereja Katolik mendukung pentingnya komunikasi dalam pernikahan. Menurut Paus Fransiskus (2016), dialog adalah elemen penting dalam pernikahan yang sehat. Pasangan harus berkomunikasi dengan penuh kasih dan hormat.

Mengelola keuangan bersama dengan bijak. Masalah keuangan adalah salah satu penyebab utama stres dalam pernikahan. Penting bagi pasangan untuk mengelola keuangan bersama dengan bijak. Paus Benediktus XVI (2009) menyatakan bahwa ekonomi yang adil dan berkelanjutan adalah dasar bagi stabilitas keluarga. Pasangan perlu merencanakan anggaran bersama, menabung untuk masa depan, dan berkomunikasi tentang tujuan keuangan mereka. David Bach (2001), dalam Smart Couples Finish Rich, menyarankan agar pasangan membuat rencana keuangan bersama dan saling mendukung dalam mencapai tujuan finansial mereka. Mengelola keuangan dengan bijak dapat mengurangi stres dan konflik dalam pernikahan.

Mencari bantuan profesional dan memanfaatkan peran Gereja Katolik. Tidak jarang pasangan menghadapi masalah yang sulit diatasi sendiri. Dalam situasi seperti ini, mencari bantuan profesional bisa sangat bermanfaat. Konseling pernikahan dapat membantu pasangan memahami masalah mereka dan menemukan solusi yang efektif. Menurut Sue Johnson (2008), terapi pasangan dapat membantu mengatasi masalah emosional dan meningkatkan keintiman. Gereja Katolik memiliki peran penting dalam membantu pasangan menjaga kesetiaan melalui pelayanan sakramen-sakramen, terutama Sakramen Pengampunan. Banyak paroki menawarkan program konseling dan dukungan bagi pasangan yang menghadapi kesulitan. Paus Fransiskus (2016) menekankan bahwa Gereja harus menjadi tempat pasangan dapat mencari bantuan dan dukungan. Ada banyak program yang disediakan Gereja, seperti Marriage Encounter, Couple for Christ, dan masih banyak lagi  yang dapat membantu pasangan memperkuat pernikahan mereka.

Berdasarkan paparan di atas, pernikahan Katolik adalah sebuah komitmen suci yang menuntut kesetiaan dan ketekunan di tengah berbagai cobaan. Meningkatnya kasus perceraian di kalangan pasangan Katolik menggarisbawahi perlunya strategi yang efektif untuk mempertahankan kesetiaan. Dengan memperkuat iman dan spiritualitas, meningkatkan komunikasi dan keintiman, mengelola keuangan bersama dengan bijak, serta mencari bantuan profesional dan memanfaatkan peran Gereja, pasangan dapat mengatasi godaan duniawi, masalah keuangan, dan konflik keluarga. Ajaran Gereja Katolik dan ensiklik para Paus memberikan panduan yang berharga dalam menjaga pernikahan yang kokoh dan penuh kasih. Melalui usaha bersama dan dukungan spiritual, pasangan Katolik dapat terus menjaga kesetiaan dan cinta mereka, membangun keluarga yang harmonis dan kuat dalam iman. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun