Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Arisan Keluarga: Mempererat Persaudaraan atau Merenggangkan Dompet?

13 Juni 2024   05:08 Diperbarui: 13 Juni 2024   05:13 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masalah finansial sering menjadi sumber konflik dalam arisan keluarga. Salah satu anggota gagal memenuhi kewajibannya bisa menimbulkan ketegangan dan perselisihan. Ketidakpuasan dan kecurigaan juga timbul jika terjadi ketidakadilan dalam pelaksanaan arisan, seperti kecurangan dalam undian penerima dana.

Tekanan sosial dan finansial dari kewajiban arisan dapat memengaruhi kesehatan mental anggota keluarga, yang bisa menyebabkan stres dan kecemasan. Menurut Ratih Ibrahim (2021), dalam Tekanan Finansial dan Kesehatan Mental, tekanan finansial yang terus menerus dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan stres kronis dan masalah psikologis lainnya.

Tips Mengelola Arisan Keluarga dengan Bijak

Menetapkan aturan yang jelas adalah langkah awal dalam mengelola arisan keluarga. Hal ini akan membantu setiap anggota memahami kewajiban dan haknya, serta mengurangi potensi konflik. Menurut Sri Adiningsih (2018), aturan yang jelas dan disepakati bersama dapat mencegah kesalahpahaman dan memastikan kelancaran pelaksanaan arisan.

Perjanjian tertulis dapat memberikan jaminan bahwa semua anggota mematuhi aturan yang telah disepakati. Paus Fransiskus, dalam ensiklik Laudato Si' (2015), menekankan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam semua transaksi dan hubungan sosial. Keadilan harus ditegakkan melalui kesepakatan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Mengelola keuangan pribadi dengan baik adalah kunci untuk memastikan partisipasi dalam arisan tidak mengganggu stabilitas finansial individu. Muhammad Yunus (2010), pendiri Grameen Bank, menyarankan agar selalu membuat anggaran bulanan yang memperhitungkan semua pengeluaran, termasuk iuran arisan. Hal ini memungkinkan seseorang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti arisan tanpa mengorbankan kestabilan finansialnya.

Menetapkan jumlah yang terlalu besar dapat membebani anggota dan berpotensi menimbulkan masalah keuangan. Menurut Rhenald Kasali (2019), kontribusi yang ditetapkan harus realistis dan sesuai dengan kondisi ekonomi masing-masing anggota untuk menghindari tekanan finansial yang berlebihan.

Komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci untuk mengatasi konflik dan menjaga keharmonisan dalam arisan keluarga. Menurut Paus Fransiskus, dalam ensiklik Fratelli Tutti (2020), dialog yang jujur, terbuka, dan penuh kasih adalah penting untuk membangun hubungan yang sehat dan saling percaya. Hal ini dapat menyelesaikan banyak masalah dan memperkuat ikatan persaudaraan.

Ketika konflik muncul, penting untuk menyelesaikannya dengan bijak dan adil. Menurut Paus Benediktus XVI, dalam ensiklik Caritas in Veritate (2009), pendekatan yang mengutamakan rekonsiliasi dan mencari solusi bersama adalah penting dalam menghadapi konflik serta mengusahakan dialog untuk mencapai kesepakatan yang adil dan damai.

Arisan keluarga, terutama mereka yang berada di perantauan, dapat mempererat persaudaraan dan solidaritas. Namun, di balik manfaat tersebut, bisa terjadi risiko merenggangkan dompet. Kewajiban finansial yang bisa memberatkan, potensi gagal bayar, dan kesulitan mengelola keuangan pribadi adalah beberapa tantangan yang mungkin dihadapi. Konflik internal juga bisa timbul akibat ketidakpuasan antar-anggota keluarga, dan berdampak pada kenyamanan psikologis. Karena itu, diperlukan pertimbangan yang matang, tanpa paksaan, sebelum bergabung dalam arisan. Selain mengelolanya dengan bijak, membangun komunikasi yang jujur dan terbuka serta mengatasi konflik sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan dan stabilitas arisan keluarga. Arisan keluarga jika dikelola dengan baik, tidak hanya menjadi sarana untuk mempererat persaudaraan, tetapi juga alat efektif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Jika memungkinkan, arisan keluarga terintegrasi dengan koperasi agar setiap anggota belajar menabung untuk masa depan yang lebih baik. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun