Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaksimalkan "Ad Rem" dan Menghindari "Ad Hominem" Menuju Perdebatan Berkualitas

29 Mei 2024   05:33 Diperbarui: 1 Juni 2024   06:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal ini dapat menghambat komunikasi yang efektif dan memperburuk situasi. Arthur Sullivan (2016), dalam Critical Thinking: A Concise Introduction, menyatakan: "Serangan ad hominem adalah tanda kelemahan dan kurangnya kepercayaan diri pada posisi seseorang. Serangan ini sering digunakan sebagai upaya terakhir oleh mereka yang kalah dalam argumen."

Argumen ini juga mengabaikan fakta dan logika. Penilaian terhadap argumen seseorang didasarkan pada karakter. Menurut Douglas Walton (1998), dalam Ad Hominem Arguments, "Argumen ad hominem adalah kekeliruan logika karena menyerang pembuat argumen. Ini adalah kesalahan logika karena tidak membahas kebenaran argumen."

Ad Rem dan Ad Hominem dalam Kehidupan Sehari-hari

Tidak hanya dalam perdebatan resmi, argumen ad rem dan ad hominem juga terjadi dalam berbagai situasi sehari-hari. Misalnya, penerapan ad rem dalam diskusi dengan teman. Saat mendiskusikan film baru, fokusnya pada kualitas akting, sinematografi, dan alur cerita, dan bukan menyerang selera teman. 

Dalam perdebatan di media sosial, kita cenderung menanggapi komentar seseorang dengan data dan fakta yang relevan. Saat negosiasi dengan penjual, kita menawar harga dengan menunjukkan perbandingan harga di tempat lain.

Tindakan ad hominem dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat pertengkaran dengan pasangan. Kita lebih cenderung menuduh pasangan itu egois karena tidak menyetujui pendapat kita, daripada mencoba memahami sudut pandangnya. 

Dalam debat politik di warung kopi, seseorang lebih menyerang politisi tertentu dengan caci maki dan penghinaan, daripada membahas kebijakan dan kinerjanya. 

Dalam komentar negatif di internet, seseorang cenderung menghina penampilan fisik orang lain di media sosial, daripada menanggapi secara positif konten yang dibagikan.

Sama seperti dalam perdebatan resmi, argumen ad hominem dalam kehidupan sehari-hari juga dapat membawa dampak negatif, seperti merusak hubungan antar-individu, baik dalam lingkup pertemanan, keluarga, maupun profesional. Selain itu, argumen ini dapat memicu konflik dan perselisihan yang tidak perlu, bahkan berujung pada kekerasan.

Ad Hominem Berbahaya: Tips untuk Menghindari

Argumen ad hominem dianggap berbahaya karena beberapa alasan yang telah dikemukakan. Berikut, tips untuk menghindari argumen tersebut dalam perdebatan resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun