Idealnya, mahasiswa perlu memiliki rencana yang jelas untuk menyelesaikan studinya tepat waktu. Waktu yang disediakan bagi program S1 misalnya, adalah empat tahun atau delapan semester. Apalagi tersedia peluang untuk menyelesaikan studi minimal tiga setengah tahun. Meskipun demikian, fakta yang terjadi, sejumlah mahasiswa harus berada di ambang batas drop out.
Berbagai alasan dapat menjadi pemicu, seperti masalah finansial, iklim kampus yang kurang kondusif, dan tentu saja persoalan pribadi mahasiswa sendiri. Yang menentukan sukses-tidaknya seseorang di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang bersangkutan. Dialah yang lebih tahu tentang dirinya berserta kelebihan dan kekurangannya.
Mahasiswa yang terancam drop out mungkin telah berjuang melawan tantangan yang menghambat perjalanan akademik mereka, dengan bantuan orangtua, para dosen, atau pihak-pihak lain. Ada yang merasa tertekan secara mental dan emosional atau putus ada. Namun, di tengah keputusasaan itu, masih ada harapan.
Melalui pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak mahasiswa yang terancam drop out dapat diselamatkan. Esai ini berusaha mendeskripsikan alasan di balik drop out mahasiswa serta solusi efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Alasan-alasan di Balik Drop Out Mahasiswa
Berbicara tentang fenomena drop out di perguruan tinggi, sering dilupakan satu faktor kunci, yaitu peran dan tanggung jawab mahasiswa sendiri, seperti kurangnya disiplin dan tak ada rencana yang jelas. Masalah finansial, misalnya merupakan salah satu faktor eksternal yang memicunya.
Pertama, disiplin adalah fondasi yang penting dalam mencapai kesuksesan. Mahasiswa yang kurang memiliki disiplin cenderung terjebak dalam siklus 'penundaan akademik' dan kurangnya motivasi. Mereka biasa menunda tugas-tugas penting, melewatkan kelas, atau bahkan tidak memenuhi persyaratan akademik yang telah ditetapkan.
Kedua, sebuah rencana dan target yang jelas merupakan pemandu penting bagi mahasiswa selama masa studi. Tanpa visi yang jelas tentang tujuan mereka di perguruan tinggi, mahasiswa dapat merasa tersesat atau kehilangan motivasi.
Jika tidak memiliki tujuan yang ditetapkan, mereka cenderung kehilangan fokus, dan dengan mudah jatuh ke dalam jurang ketidakpastian.
Ketiga, stres akademik, kecemasan, dan depresi adalah masalah yang umum di kalangan mahasiswa. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental, dan stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental membuat mahasiswa merasa terisolasi dan putus asa.